Woodlands, 29 Juni 2006
Phia menatap dirinya di cermin, serasa asing. Meskipun sudah sejak kecil sering menjadi model majalah dan baru beberapa tahun kebelakang aktif di dunia fashion show. Namun Phia bukan tipikal perempuan yang benar-benar memperhatikan wajahnya. Dia memang rutin pergi ke salon kecantikan dan melakukan perawatan tubuh. Tapi sebetulnya itu bukan karena dia betul-betul tertarik, melainkan karena tuntutan profesi, dimana seorang artis harus cantik, enak dilihat, berpenampilan pantas dan juga elegan.
Dan malam ini, entah kenapa dia merasa dirinya sangat cantik. Dengan Gaun merah maroon menghiasi tubuh semampainya. Rambut panjangnya yang cokelat tua dibiarkan terjuntai indah itu memberikan kesan anggun dan seksi.
“Phia, bidadari banget lo malam ini!” ucap Frank seorang make up artist, yang baru mendandaninya barusan.
“Haha terima kasih, Frank!” ucap Phia sambil tersenyum manis.
Malam ini dia bahagia sekali. Andai Vann di sini, melihatnya yang akan berjalan di panggung catwalk, dengan balutan gaun yang begitu indah. Akankah Vann mulai tergoda untuk jatuh cinta kepadanya?
“Phia, acaranya mau dimulai ayo model siap-siap,” ucap Frank tiba-tiba.
Phia bersegera, acara fashion show malam ini akan menampilkan gaun-gaun pengantin dan pesta. Dengan tema “Ladies From Heaven”. Semua model yang tampil malam ini dibuat sangat cantik dan elegan bagaikan bidadari yang turun dari surga.
Ada 4 perancang busana yang akan memamerkan hasil karya-nya. Dan Phia menggunakan pakaian yang didesain oleh Kim Alexish, sebagaimana yang Jess katakan kemarin. Kim Alexish masih begitu muda, dia masih berusia 27 tahun. Dia yang menjadi sorotan terbesar pada acara malam ini, karena yang paling muda, tampan dan sangat berprestasi.
Tadi, Phia juga sempat mengecek informasi tentang Kim Alexish di internet dan dia tahu kalau Kim, lahir dari ayah yang berkebangsaan Kamboja dan ibunya yang merupakan asli orang Indonesia. Namun Kim, lahir dan tumbuh di Kamboja, sempat melanjutkan SMP di Indonesia kemudian sekolah desain di Perancis dan beberapa waktu tinggal di Finlandia sebelum kembali ke Kamboja dan menjadi desainer terkenal. Phia yakin, Kim pasti sudah lancar berbahasa Indonesia dengan baik, karena pernah tinggal di negaranya selama beberapa tahun.
Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat, Fashion Show dimulai dan Phia tampil dengan sangat memukau, wajahnya yang memang sudah sangat cantik, dengan balutan busana yang tidak kalah menawan, kemudian gayanya yang eksotis di panggung catwalk, adalah paduan yang sempurna dari keindahan seorang wanita.
Pujian demi pujian terus disampaikan kepada Phia, dan hal itu membuat kepercayaan dirinya tumbuh dengan sangat pesat, Phia sangat bahagia malam ini.
Entahlah, ada kepuasaan tersendiri ketika dia bisa menggunakan pakaian yang indah dan membuat orang-orang yang melihatnya menjadi terpesona, kemudian tidak berhenti memujinya.
Hingga acara pun selesai, dan dilanjutkan dengan sesi ramah tamah dengan para tamu yang hadir, yang rata-rata merupakan desainer-desainer di dunia, para pecinta mode dan juga para pengusaha serta wanita eksekutif lainnya.
Selepas itu, Phia beranjak menuju ruang ganti untuk kemudian pergi ke kamar hotel, beristirahat dan melanjutkan agendanya.
Namun ketika beberapa langkah meninggalkan ruang Fashion Show, Frank memanggilnya.
“Phia, tunggu,” ucap Frank menahannya.
“Ya Frank, kenapa?” tanya Phia bingung.
“Kim Alexish.”
“Ada apa dengan Kim?” Phia terkejut.
“Kim ingin ngobrol sama lo, ditunggu di ruang Raffleshia, sebelah ruang Begonia, itu yang tempat dansa, tiga lantai dari sini.”
“Kapan?”
“Sekarang.”
“Mau ngapain sih?”
“Nggak tau, katanya jangan dilepas gaunnya pakai saja,” terang Frank.
“Oh oke,” jawab Phia cepat.
“Selamat ya,” lanjut Frank kemudian.
“Buat apa?”
“Berhasil menarik perhatian superstar malam ini, Kim Alexish, banyak loh model-model di sini yang ingin berkencan atau juga jadi pacarnya, tapi yang dipanggil cuma lo, Phia.” komentar Frank.
“Oh oke, gue duluan ya.” ucap Phia kemudian bergegas menuju Ruang Dansa Raffleshia yang dikatakan oleh Frank. Hatinya terus bertanya-tanya apa yang Kim inginkan darinya.
Sebelumnya, Phia memang sempat melihat Kim saat di awal acara pembukaan dan perkenalan. Kim juga nampak keren dengan jas abu-abu yang dipadukannya dengan warna hitam dan tunik perak. Rambutnya ditata rapi dan pembawaanya maskulin. Sangat berbeda dengan beberapa desainer laki-laki yang terkesan fenimin atau sedikit ladyboy? awalnya Phia pikir, Kim seperti itu juga.
Namun rupanya tidak, Kim benar-benar seorang laki-laki. bahkan dia adalah laki-laki yang gagah dengan ketampanan yang terawat.
Untuk beberapa saat, Phia juga sempat terpesona dengan Kim. Mungkin karena selain Kim tampan dan memang menjadi superstar di malam hari ini. Phia merasa bahwa perawakan tubuh Kim sangat mirip dengan Vann. Tentu, hanya postur tubuh mereka saja yang mirip. Dari wajah mereka nampak jauh berbeda. Kim memiliki kulit yang lebih putih, hidung yang lebih mancung dan mata yang lebih sipit. Sedikit mirip orang Korea, meski ayahnya asli orang Kamboja.
Tapi untuk apa Kim memanggilnya?
Atau mengapa harus semalam ini?
Adakah sesuatu yang salah dengan dirinya?
Apakah Kim ingin mengajaknya dansa kemudian berkencan?
Pertanyaan demi pertanyaan terus menyelubungi hati Phia.
Memang, tadi Phia sempat memperhatikan Kim yang terus melihatnya dengan intens. Sejak awal sampai acara selesai, beberapa kali
Phia memergoki Kim tengah menatapnya. Phia jadi agak khawatir, tapi kini lift sudah berjalan terus hingga terbuka di depan Ruang Dansa Raffleshia.
Sesaat Phia ragu, tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk masuk juga, dan ia melihat ruangan nampak sangat megah, dengan ornamen yang indah dan banyak orang di sini, beberapa minum-minum, ada yang mengobrol, ada juga yang bersantai. Mata Phia berputar, mencari sosok Kim.
“Phia.” sebuah suara memanggilnya.
Dengan senyum, Kim membuka tangannya untuk Phia dan menarik tangan Phia langsung menuju ke panggung dansa.
“Kim?” Phia bingung.
“Mari berdansa,” ajak Kim, dan mau tidak mau pada akhirnya Phia berdansa mengikuti alunan musik yang sedang dimainkan.
Ini sedikit mengagetkan bagi Phia, karena mereka bahkan belum berkenalan secara langsung, tapi Kim sudah mengajaknya berdansa. yang lebih parah karena Phia sama sekali tidak berpengalaman dalam hal ini. Dia sama sekali tidak pernah berdansa sebelumnya, dan Kim mengajarinya.