Terbuang Oleh Fitnah Saudara Tiri

Ayu Indah Sulistyorini
Chapter #2

Lembaran Baru

Sementara langkah Fathur semakin tak berarah di malam yang kelam, bayangan konflik di dalam rumahnya masih terpantul di matanya. Angin malam seolah membisikkan kepadanya tantangan besar yang harus dihadapinya. Mentari terbenam meninggalkan langit senja yang mencerminkan kebimbangan dalam hati Fathur. Dia merenung mencari jawaban di setiap jejak langkahnya yang membawanya keluar dari rumah yang dulu dipenuhi kasih sayang.


"Selamat tinggal istanaku, istana yang penuh kenangan indah. Maafkan Fathur tidak bisa menjaga rumah ini sebagaimana pesan Ibunda sebelum pergi dahulu." Tanpa arah yang jelas, Fathur memasuki kota yang ramai dengan kesibukan malam. Gedung-gedung tinggi menara dan lampu kota memberikan bayangan yang kontras dengan kekacauan batin yang dirasakannya. Fathur berbicara pada dirinya sendiri dengan mata yang penuh dengan ketidakpastian.


"Mungkin inilah waktunya untuk menghadapi kebenaran, meski kegelapan malam mengepung jalanku. Aku harus melawan tuduhan yang tak berdasar dan membuktikan kepada ayah bahwa aku tidak bersalah. Aku tidak akan membiarkannya menghancurkan hidupku tanpa perlawanan, menghadapi ini dengan kepala tegak dan membuktikan kebenaran bukan hanya untuk diriku, tetapi juga untuk keluarga ku,” ucap Fathur dengan tekad yang kuat.


Malam semakin larut,Fathur memandangi jalanan ibu kota yang penuh ketidakpastian itu.

"Sedang apa mas?" tanya seorang gadis kecil dengan senyum manisnya.

"Lagi duduk aja dek, kamu sendiri sedang apa malam-malam di sini?" tanya Fathur.

"Aku mengamen di sini mas, kelihatannya mas sedang banyak pikiran," ujarnya perduli.

"Iya, mas baru saja diusir dari rumah," ucap Fathur.

"Diusir? Kenapa diusir?" gumannya penasaran.

"Panjang ceritanya dek, rumahmu dimana?" tanya Fathur.

"Dimana aja yang terpenting bisa berteduh mas," jawabnya tersenyum.

"Orang tua kamu kemana?" tanya Fathur.

"Tidak tahu, aku dibuang oleh orangtuaku disaat aku bayi dan aku diasuh oleh Nenek Markonah, tetapi beliau sudah meninggal 2 tahun yang lalu," ceritanya.

Fathur merasa malu dengan anak kecil yang masih bisa tersenyum disaat kondisinya seperti itu.

"Istirahat yuk," ujar Fathur.

Fathur terbangun dari tidurnya tetapi gadis kecil itu tidak lagi ada disampingnya.

"Kemana perginya gadis kecil itu?" ucap Fathur.

 Fathur merasa jika gadis kecil itu sengaja dikirim tuhan untuk menyadarkannya jika masalah yang dia hadapi tidak lebih besardari masalah gadis kecil itu, Dia terus berjalan hingga dia menemukan sebuah lowongan pekerjaan. Fathur berusaha melamar pekerjaan. Namun, tak ada satupun yang mau menerimanya.


"Bapak tidak tahu jika aku ini anak pak Meilseoir. Pemilik perusahaan terbesar di kota ini," ucap Fathur ketika batin sudah mulai lelah dan perutnya terasa begitu lapar.


"Lalu untuk apa melamar pekerjaan di sini? kalau memang kamu itu anaknya pak Meilseoir?" tanya seorang HRD merendahkan Fathur.

Lihat selengkapnya