BAB 4
KEGADUHAN
Di ruang kokpit pesawat.
“Stanley ada apa lagi ini?” Pak Hermawan langsung bertanya kepada pilot yang sedang berada di balik kemudi pesawat.
“Saya juga tidak tahu, Pak? Coba Bapak perhatikan lagi semua alat yang ada di sini! Semuanya masih berjalan dengan normal. Mesin pendorong pesawat kita juga masih hidup, jadi dalam keadaan normal seharusnya pesawat kita ini sedang dalam keadaan bergerak,” ujar Stanley memberikan penjelasan.
“Benar juga. Lalu ada apa sebenarnya dengan pesawat ini. Kenapa malah diam di udara, tidak mau bergerak maju. Apa yang telah menahannya?” Pak Hermawan mulai tampak bingung. Otaknya berpikir keras menyikapi situasi yang sedang dihadapinya.
“Coba kecepatannya ditingkatkan lagi?”
“Baik, Pak!” Stanley mulai meningkatkan kecepatannya.
Namun pesawat tetap diam tak bergerak. Malah pesawat mulai terasa getarannya akibat daya dorong yang tertahan.
“Tidak berhasil. Sebaiknya kecepatan pesawat ini dikurangi lagi perlahan-lahan, bahaya jika tiba-tiba pesawat bergerak nyelonong dalam kecepatan tinggi,” lanjut Pak Hermawan menginstruksikan. Stanley pun mulai menurunkan kecepatan pesawat yang dikendalikannya.
Tidak lama kemudian datang Rado, Dewi dan Surya yang menghampiri ruang kokpit pesawat.
“Pak Hermawan ada apa ini? Kenapa pesawat tiba-tiba berhenti?” tanya Rado kepada Pak Hermawan. Ia sudah mulai mencari informasi untuk bahan beritanya. Diam-diam alat perekam suara mulai dinyalakan.
“Iya Ayah, ada apa?” sela Dewi.
“Hmm.. maaf sepertinya saya belum bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi pada pesawat ini. Jadi saya harap anda dapat memakluminya,” ujar Pak Hermawan mohon pengertian.
“Tapi Pak inikan cukup serius?” sahut Rado.
“Iya, tapi masalahnya Pak Rado, saya juga bingung apa yang sedang terjadi sekarang, karena tidak ada tanda-tanda bahwa pesawat C-45KK ini telah mengalami kerusakan,” tutur Pak Hermawan menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan Stanley.
“Sebaiknya Bapak jelaskan saja dulu kepada para penumpang agar mereka semua tidak panik,” usul Surya.
“Iya sepertinya masalah ini memang harus segera saya sampaikan sekarang,” ujar Pak Hermawan.
Para penumpang mulai terlihat gelisahan karena belum mendapatkan penjelasan resmi tentang apa yang sedang terjadi saat ini. Namun kegamangan itu tidak berlangsung lama, beberapa lama kemudian terdengar suara seseorang berbicara dari balik speaker pesawat. Fira sebagai seorang pramugari dengan sigap memberi tanda agar para penumpang diharapkan tenang.
“Kepada para tamu undangan sekalian, saya mohon maaf atas segala rangkaian kejadian yang telah kita alami pada hari ini dan saya pun selaku pihak yang bertanggung jawab dalam penerbangan belum dapat menjelaskan apa yang sebenarnya telah terjadi. Kami sudah coba untuk menghubungi pihak bandara untuk meminta bantuan tetapi selalu terputus-- tidak ada jaringan. Namun kami tetap terus berusaha mengatasi masalah ini. Tapi satu hal yang pasti, penyebab semua ini bukanlah dikarenakan adanya masalah pada mesin pesawat, semuanya berjalan dengan normal,” tutur Pak Hermawan.
“Asumsi pertama, ini semua ada kaitannya dengan fenomena alam yang sedang tejadi. Oleh karena itu, untuk sementara ini kita hanya bisa menanti, menunggu perkembangan selanjutnya. Di sini kami tetap berusaha. Sekali lagi saya minta maaf atas ketidaknyamanannya.” Pak Hermawan menutup pembicaraanya.
Para penumpang yang mendengarkan informasi dari speaker pesawat itu tampak semakin bingung karena tidak ada hal lain yang dapat dilakukan selain menunggu.
“Huh tenyata tidak ada sinyal sama sekali,” gumam Rena yang sedang iseng mengutak-atik handphonenya dengan harapan ada seseorang yang bisa dihubungi dan dimintai pertolongannya.
Di jajaran kursi penumpang lain, Rossi pun terlihat berseri. “Oh iya gue kan bawa handphone. Kenapa kagak gue coba telepon aja keluar, siapa tau ada yang bisa bantu!”
Para penumpang pesawat lain yang mendengarkan celoteh Rossi langsung ikut-ikutan mengeluarkan alat komunikasinya.
Sebuah harapan baru telah muncul, berbondong-bondong memanfaatkan telepon genggam agar bisa menghubungi seseorang untuk dimintai pertolongan.
Rena yang mendengarkan celotehan Rossi langsung menimpalinya, “Sudahlah percuma saja kalian menelepon, nggak bakalan ada sinyal deh. Aku tadi sudah mencobanya!”
Namun perkataan Rena hanya dianggap angin lalu. Mereka tetap ingin mencoba handphone miliknya sendiri karena penasaran. Mereka berpikiran mungkin saja tuh cewek handphonenya jelek atau bisa jadi kartu operator selular yang dipakainya tidak ada jaringan.