Terdampar Perspektif

muhamad Rifki
Chapter #1

Prolog

Prolog

Ekspektasi Awan untuk segera menghampiri kota Jakarta sudah dekat. Satu minggu yang akan datang nanti, Awan sudah memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Berbagai pertanyaan yang sudah berkali-kali terdengar hampir tiap harinya sudah menjadi hal biasa. "Apa kamu yakin?" Pertanyaan seperti itu sudah ia dengarkan berkali-kali.

"Wan, kamu jadi ke Jakarta kan?"

"Jadi dong, minggu depan jemput aku ya di terminal bus."

"Tenang aja kawan. Sudah pasti aku jemput kamu dong. Awan dan Maman sahabat dari dulu yang selalu bersama."

"Bisa aja kamu man. Ya sudah , nanti kita bertemu di minggu depan ya."

Itulah obrolan Awan dengan sahabat lamanya, Maman, sebelum keputusannya benar-benar bulat untuk merantau ke Jakarta. Selama seminggu itu, hatinya awan bercampur aduk. Di satu sisi senang karena ia akan merantau ke Jakarta. Dan di satu sisi juga ia terkadang sedih karena harus jauh dengan keluarga. Tapi itulah ujian terberat seorang perantau. Harus jauh dengan keluarga demi mengejar satu impian.

Tak ada yang tahu pasti jalan mana yang dipilih seseorang untuk menjadikannya sukses, tetapi tidak akan menjadi sukses seseorang jika ia tidak berani untuk mengambil sebuah keputusan dan tantangan baru yang belum pernah di coba.

Itulah yang Awan pikirkan saat ini, menjadi orang yang tak ingin berdiam diri di tempat. Hatinya terus berkata untuk jalan terus. Dan kemanapun Awan Jalan, tak akan ada yang mempedulikannya sebelum ia tiba di penghujung jalan.


Lihat selengkapnya