Mataku menyipit ketika dia terus tertawa penuh kemenangan.
“Apa yang lucu?” tanyaku. Bocah itu tampak tidak terkesan.
Senyum kejam terbentuk di wajahnya yang halus dan dia mencondongkan tubuh ke depan, matanya menatap lurus ke arahku. “Kau pikir kau bisa mengalahkanku ya?”
Tanganku bergerak-gerak dan aku bisa merasakan nadi berdenyut di dahiku. "Akan kulakukan apa pun untuk meraih mimpiku.”
"Dan itu adalah….?”
"Mengalahkanmu!" aku berseru, kemarahan dan kebencianku merasuki tubuhku. Suaraku merendah, hampir menjadi bisikan. "Aku akan mendirikan restoran Mie Jawa terbaik di negara ini!”
Matanya melebar sesaat sebelum menyipit.