Pagi pagi Nina sudah mandi dan berjemur di bawah hangatnya matahari pagi. Di depan rumah, ia duduk di atas kursi sambil melihat sekeliling. Kadang ia menghirup udara dalam dalam. Merasakan segarnya udara pagi hari.
Ibu yang sedang beres beres rumah, sesekali menengok keluar rumah karena khawatir Nina tiba tiba mengamuk seperti kemarin kemarin. Tapi ternyata tidak, Nina hanya duduk dengan tenang bahkan mungkin sangat tenang.
Saat tengah duduk dan melihat ke arah jalanan depan rumahnya, dari ujung jalan, ia melihat seorang laki laki memakai seragam. Seorang laki laki yang pernah menabraknya waktu disekolah. Laki laki itu berdiri di ujung jalan sambil tersenyum pada Nina. Nina balas tersenyum. Benar. Sepertinya laki laki itu menyukainya. Ia sampai tahu di mana letak rumah Nina.
Beberapa saat kemudian laki laki itu pergi entah ke mana. Nina tidak melihatnya lagi.
Melihat Nina yang sedang terfokus pada jalanan depan rumahnya, ibu berjalan keluar dan menegurnya.
"Ada apa Nin?" tanya ibu.
"Nggak, Bu."
"Ya wis, surup. kowe kelawasen berjemur. mengko kowe isa gosong."
(Ya sudah, masuk. Kamu terlalu lama berjemur. Nanti kamu bisa gosong,) tutur ibu sambil terkekeh.
Nina tidak menjawab.
"Ayo Nin, masuk!" ibu memegang tangannya dan hendak menariknya. Tapi Nina menahan. Ia tidak mau beranjak dari sana. Ia seperti sudah merekat dengan kursi itu.
Dengan terpaksa, ibu mencoba mengangkat tubuh Nina. Meski berat, perlahan lahan ibu membawa Nina masuk kembali ke dalam rumah dan mendudukkannya di atas kursi.
"Mataharinya sudah panas, gak baik buat kesehatan," ucap ibu tenang sambil menutup pintu.
***
Hari ini, seharian penuh Nina benar benar lebih tenang. Tidak ada jeritan atau kegelisahan yang ibu lihat dari wajahnya. Sepertinya apa yang Ustaz Ramzi bilang itu membuahkan hasil. Semoga akan semakin baik dan Nina kembali pulih seperti sedia kala.
Beberapa tetangga yang merupakan ibu ibu datang berkunjung ke rumah. Katanya mereka ingin menjenguk Nina. Entah benar benar menjenguk atau hanya penasaran saja dengan seorang anak gadis kesurupan yang mengamuk ngamuk menggegerkan seisi kampung di hari kemarin.
Ibu meminta mereka masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara ibu membuatkan minum, mereka saling berbincang satu sama lain tentang beberapa spekulasi yang mereka buat sendiri.
"Sekarang Nina kemana ya?"
"Mbokmenawa dikurung, wedi mengamuk lagi."
(Mungkin dikurung, takut mengamuk lagi.)