Hari berikutnya, saat Nina bangun, ibu sedang memasak di dapur. Nina menghampiri ibu dengan rambut yang semrawut dan wajah yang sangat lemas.
"Kowe wis melek, nin? arep madhang? nanging ibu isih mangsak. utawa arep bantu simbok mangsak?"
(Kamu sudah bangun, Nin? Mau makan? Tapi ibu masih masak. Atau mau bantu ibu masak?)
Nina mengangguk cepat. Ibu pun memberikan pisau, tatakan dan beberapa hal yang harus dipotong atau dikupas.
"Nah, kamu potong daun seledri dan kupas bawang ya..."
Nina setuju dan ikut membantu ibu. Nina mengambil beberapa lembar seledri dan mulai memotong motongnya dengan pisau. Ia memotongnya dengan perlahan dan begitu kesulitan seperti seorang anak kecil yang baru memegang pisau. Ibu yang melihatnya menatap heran kemudian menghentikan kegiatan Nina.
"Sudah, biar ibu saja yang potong. Mending sekarang kamu mandi."
Nina menggelengkan kepala. Menolak untuk mandi.
Setelah itu Nina berjalan ke ruang tengah dan duduk di kursi. Hanya duduk tanpa melakukan apa pun. Tatapannya kosong tanpa arti seperti ada sesuatu yang menarik perhatiannya, tapi bukan ditempatnya berada saat ini. Ditempat lain. Entah dimana itu.
"Ada apa?"
"Iya..."
"Oh..."
"Beneran?"
Nina berbicara sendiri sambil terduduk di atas kursi itu. Ibu yang sedang di dapur dapat mendengarnya. Ibu tahu kalau di sana tidak ada siapa siapa jadi ia membiarkannya. Meski sebenarnya ia juga takut. Takut jika mungkin Nina sedang berbicara dengan bapak.
Setelah bergumam sendirian, tanpa sebab dan alasan apa pun, pandangan Nina langsung terfokus pada jendela rumahnya. Napasnya terengah ketakutan. Di sana tidak ada apa apa. Tapi ia begitu takut, cemas dan gelisah. Sontak ia berlari dan ke arah jendela dan menutupnya dengan gorden. Menutup semuanya.
"Bu, masaknya sudah sel..." Bagus yang baru selesai mengganti pakaian tiba tiba terdiam ketika mendapati Nina sedang menutup semua gorden. "Sedang apa Nin?"
Nina tidak mendengar. Usai menutup jendela dengan gorden, ia lekas mengunci pintu.
"Bu... ibu... cobi teng riki!"
(Bu... ibu... coba kesini!) teriak Bagus dengan pandangan yang tetap terfokus pada Nina.
Nina mengintip sejenak ke arah luar. Lalu berbalik dan duduk di meja makan.
"Ada apa sih Gus? Baru juga ibu selesai memasak di dapur."
Ibu berjalan ke arah meja makan sambil membawa makanan yang sudah dimasaknya.
Bagus hanya mengangkat dagu dan mengarahkannya ke arah jendela. Ibu menatap heran karena mendapati semua jendela tertutup. Lalu Bagus mengangkat dagunya lagi. Mengarahkannya pada Nina sebelum kemudian berjalan dan duduk di meja makan.