Sudah hampir seminggu ibu melakukan apa kata Ustaz Ramzi. Tapi, keadaan Nina tidak lekas membaik. Bahkan mungkin lebih parah dari sebelumnya. Nina masih mendengar bisikan bisikan. Entah itu bisikan yang memanggil namanya atau bisikan lain seperti sapaan dan sebagainya.
Beberapa hari yang lalu, Nina mencoba untuk sekolah lagi. Dan ketika di sekolah, ia tidak bisa berkonsentrasi memperhatikan gurunya. Ia sibuk dengan bukunya sendiri. Kadang ia juga merasa resah entah karena apa. Beberapa kali gurunya menegur dan memintanya untuk memperhatikannya, tapi hal yang sama terus terulang.
Teman temannya pun keheranan akan sikapnya. Nina jarang bicara. Diajak ke sana kemari tidak mau. Di jam istirahat pun Nina hanya menyendiri di dalam kelas.
Sepulang sekolah, ibu melihat Nina seperti tengah ketakutan dan dikejar kejar oleh sesuatu. Nina berlari ke arah rumah dan menutup pintu dengan kencang. Sesekali Nina mengintip kearah kaca di samping pintu seperti hendak meneliti apakah ada seseorang yang mengikutinya atau tidak.
"Ada apa Nin?" tanya ibu keheranan ketika melihat Nina mengintip keluar rumah melalui kaca rumahnya.
"Takut, Bu," balas Nina singkat yang langsung berjalan cepat menuju kamarnya.
Semenjak itu Nina tidak sekolah lagi. Ibu meminta izin pada kepala sekolahnya dan memberitahu kalau Nina sedang sakit.
Karena kejadian kejadian itu, hari ini ibu hendak menemui pak ustaz lagi dan mengatakan bahwa Nina tidak juga sembuh. Setelah bersiap, ibu dan Nina bergegas ke rumah Ustaz Ramzi. Beberapa tetangga yang tidak sengaja bertemu dengannya menyapa dan menanyakan mereka akan ke mana. Ibu hanya menjawab bahwa mereka akan menemui ustaz Ramzi.
"bu, kita sedaya purun numindakake menapa?"
(Bu, kita mau ngapain?) tanya Nina takut sambil memegang tangan ibu erat.
"Kamu mau diruqyah, dibersihkan. Biar kamu gak denger suara suara atau melihat sesuatu yang aneh aneh lagi. Kamu mau ya?"
Nina hanya mengangguk pelan. Nina sedikit tahu tentang apa itu ruqyah. Di mana seseorang dibacakan doa doa dan orang itu langsung tidak sadarkan diri. Tubuhnya tiba tiba dikendalikan oleh sesuatu yang lain yang membuatnya bicara melantur. Hanya itu yang Nina tahu tentang ruqyah.
Nina dibawa ke masjid karena pak ustaz hendak menjalankan praktik ruqyah di sana. Praktik itu dilakukan Ustaz Ramzi dengan bantuan beberapa orang lainnya. Sepanjang perjalanannya, Nina dipenuhi bayang bayang bagaimana nanti jika ia dikendalikan oleh makhluk lain. Makhluk yang mungkin selama ini selalu berbisik padanya. Ia sangat takut sekali.
Sebelum ruqyah dilakukan, terlebih dahulu Nina diminta berwudhu dan memakai mukena karena ia tidak memakai pakaian tertutup.
Nina menceritakan perihal ia yang melihat ayahnya, mendengar suara suara aneh, merasa ada seseorang yang mengikutinya, semuanya ia ceritakan pada Ustaz Ramzi.
Ruqyah pun dimulai. Pak ustaz, ditemani oleh seorang laki laki dan beberapa perempuan yang membantunya, mulai membacakan doa doa dan surah surah dalam kitab suci al quran.
"Bu, Nina takut," bisik Nina pada ibu.
"Tenang Nduk, kowe arep ditambani."
(Tenang Nak, kamu akan diobati.)
Beberapa menit kemudian, Nina mulai bereaksi. Dia menangis dan berteriak teriak. Beberapa perempuan memeganginya. Nina tidak berbicara sedikit pun. Ia hanya menangis dan meronta ronta. Wajahnya memerah dan urat urat lehernya begitu tegang karena ia berteriak sangat keras.
Ustaz Ramzi berbicara dengan Nina. Atau mungkin sesosok makhluk yang ada di dalam tubuh Nina. Bukannya menemukan jawaban dari pertanyaannya, Ustaz itu hanya mendapati Nina berteriak dan meronta ronta. Mencoba melepaskan diri dari orang orang yang memeganginya.
"Sapa pun kowe sing ana neng awak prawan iki, metu!! metu kowe saiki!!"
(Siapa pun kamu yang ada di tubuh gadis ini, keluar!! Keluar kamu sekarang!!)
Pak ustaz kembali membacakan doa doa. Setelah tangannya mengusap Nina dari punggung hingga kepala, Perlahan tangis Nina berhenti. Ia langsung memeluk ibu dan menenangkan dirinya.
Keringat membanjiri wajah Nina. Dari pelipis hingga leher bercucuran keringat karena berteriak kencang dan meronta ronta. Napasnya terengah karena kelelahan. Ibu menatapnya dengan khawatir sambil mengusap punggungnya lembut.
Nina diberi sebotol air putih yang sudah diberi doa oleh Ustaz Ramzi. Lalu ia dan ibu kembali ke rumah.
***
Sepanjang perjalanan pulang, Nina tidak berhenti melirik lirik kebelakang dengan perasaan cemas. Dengan napas terengah dan tatapan takut, Nina segera memeluk tangan ibu dan menariknya agar cepat cepat pulang ke rumah.
"Bu cepet kita pulang!"
"Iya, Nin. Ini juga kan mau pulang. Tenang aja."