TERGANGGU

imajihari
Chapter #10

Bab 10

Menjelang sore, ibu teringat dengan ucapan tetangganya tadi pagi. Ia segera ke kamarnya dan membongkar rak berisi pakaian pakaian Bapak. Semua laci juga ia buka untuk mencari segala sesuatu yang mugkin mencurigakan.

Dari dalam laci, ibu menemukan cincin yang biasa bapak pakai. Satu cincin dengan batu berwarna merah di atasnya dan satu lagi berwarna hijau.

Tak cukup sampai di situ, ibu menuju gudang dan mencari barang barang lain milik Bapak. Ia pun menemukan beberapa keris milik bapak dan lukisan lukisan yang pernah bapak beli. Ia mengumpulkan semua barang barang itu. Ia letakkan satu persatu barang barang itu di atas kain dan mengikat kain itu. Nanti malam ia akan membakarnya.

***

Dari dalam kamar, Nina berjalan mengendap endap. Ia mengintip ruang tengah dari balik pintu kamarnya. Kemudian ia kembali berjalan sambil menjinjitkan kakinya menuju dapur. Ia mengisi air di gelas dan meminumnya dengan ganas. Setelah itu, ia mengambil kembali air di galon dan hendak membawanya ke kamar.

Ia kembali mengendap endap sambil sesekali mengintip.

"Ada apa Nin?" tanya ibu.

Nina kaget hingga gelas yang sedang ia pegang terjatuh ke lantai dan pecah. Nina menatap sekeliling kemudian berjalan dengan tergesa menuju kamarnya.

Ibu menghela napas berat. Ia lekas membereskan pecahan pecahan gelas yang berserakan di lantai. Kemudian ia membuangnya ke tempat sampah.

Selang beberapa saat, dari dalam kamar ibu mendengar suara sesuatu pecah. Dengan gegas ibu berlari ke kamar. Di sana tampak Nina sedang duduk diam. Dari sudut kamar, ada bingkai foto yang tergeletak dengan kaca yang pecah. Sepertinya Nina melemparnya karena benda itu jauh dari tempat biasanya ia berada.

Dengan sabar ibu membereskan pecahan pecahan kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah.

***

Setelah siang, ibu membawakan makan siang untuk Nina. Sebelum itu, ia memaksa Nina untuk mandi terlebih dahulu. Nina sempat menolak dan melawan. Setelah berkali kali ibu mencoba menariknya dari atas kasur, Nina mandi dan mengganti pakaian yang ibu pilihkan untuknya. Nina kembali duduk di kasurnya.

"Nin, ayo ke ruang makan. Kita makan dulu."

Nina menggelengkan kepala. Ibu mencoba mengangkat Nina agar beranjak dari kasur tapi tetap tidak bisa. Mau tidak mau ibu membawa makanan untuk Nina ke kamar.

Ibu menyuapinya pelan pelan. Kadang Nina enggan membuka mulutnya tapi dengan sabar ibu membujuknya hingga Nina mau dan makanan itu habis.

***

Bagus pulang menjelang sore. Kini ia dan ibu menjadi saling diam karena ketegangannya tadi pagi.

Bagus berjalan ke kamar Nina. Ibu yang melihatnya langsung mengikutinya karena curiga dengan apa yang akan dilakukan Bagus.

Bagus membuka pintu kamar, dan mendapati Nina sedang berbaring dan diam dengan tatapan kosong seperti biasanya. Bagus terduduk disamping Nina. Diujung ranjangnya.

"Nin... ini Mas. Kamu masih mengenal Mas kan? Kamu gak lupa kan? Tapi kenapa kamu seperti seseorang yang asing. Kamu bukan kamu yang Mas kenaln" tutur Bagus.

"Nin, Mas gak tahu kamu kenapa. Mas yakin kamu bukan kena gangguan jin, santet atau apa pun yang ibu percaya. Tapi, Mas akan berusaha supaya kamu sembuh. Nanti, Mas bawa kamu ke temen Mas ya, kamu mau kan?" sambungnya dengan suara sedih.

Lihat selengkapnya