Mbah Naryo meminta izin pada ibu untuk mengelilingi rumahnya. Ia pun berkeliling ke tiap sudut rumah. Bahkan keluar dan menyusuri seluruh halaman.
"Rumah ini perlu di bersihkan. Banyak yang berkeliaran. Karena gadis itu lemah, jadi dia mudah di rasuki," tutur Mbah Naryo sambil memejamkan matanya.
"Mohon bantuannya, Mbah," pinta ibu yang langsung disetujui oleh Mbah Naryo.
Perlahan hari mulai gelap. Mbah Naryo memulai ritualnya dengan menyalakan lilin lilin merah di setiap sudut ruangan. Kemudian ia menyiapkan air yang dicampur dengan garam. Mbah Naryo membacakan mantra dengan suara yang cukup pelan.
Bagus hanya menatapnya heran sebelum kemudian berlalu pergi karena muak dengan aksi dukun yang katanya sakti itu.
Mbah Naryo mulai berjalan menyusuri seisi rumah sambil menciprat cipratkan air serta membaca mantra. Mbah Naryo juga keluar dan mengelilingi semua tempat sampai tidak ada yang ia lewatkan. Kemudian ia berdiri di tengah rumah. Membaca mantra lebih keras.
Tangannya terangkat menunjuk langit. Urat urat lehernya keluar seakan ia sedang mengeluarkan tenaga untuk mendorong sebuah truk tronton.
Tubuhnya meliuk liuk. Tangannya terkibas ke sana ke mari kemudian ia berteriak dengan kencang.
"Kanggo kabeh makluk pangrusuhi sing ana neng omah iki lungaa menyang neraka lan aja tau ulih lagi."
(Untuk semua makluk pengganggu yang ada di rumah ini pergilah ke neraka dan jangan pernah kembali lagi.)
Tubuh mbah Naryo tersungkur. Napasnya terengah. Ibu yang sejak tadi memperhatikan langsung menolongnya.
Setelah Mbah Naryo membersihkan rumah, ia memberikan sebuah kalung yang katanya jimat penangkal dari makhluk gaib agar Nina tidak di ganggu lagi. Tentu saja ada harga yang harus di bayar untuk itu. Tanpa ragu ibu memberikan sejumlah uang yang diminta Mbah Naryo sebelum kemudian Mbah Naryo berlalu pergi dari sana.
"Bu, apa itu tidak terlalu berlebihan? Dia cuma menyalakan lilin dan menyiram nyiram air. Kalung yang dia berikan juga cuma kalung dari manik manik. Dan ibu mau membayarnya?"
"Asalkan semuanya baik baik saja Gus. Nina sembuh dan rumah kita tidak akan dihuni oleh para setan itu!"
Bagus makin dibuat bingung. Kenapa ibu tidak juga mengerti bahwa semua hal yang terjadi pada Nina itu bukanlah karena hal hal gaib.
***
Ibu berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan. Setelah selesai ia lekas membawanya ke kamar untuk diberikan pada Nina. Di dalam kamar itu Nina masih belum sadarkan diri dengan kedua tangan yang diikat.
Ibu lekas berjalan mendekat dan membuka ikatan itu.