TERGANGGU

imajihari
Chapter #18

Bab 18

Meskipun ibu hanya akan melaksanakan syukuran kecil kecilan dan membagikan makanan makanan pada tetangga, tapi butuh waktu lama baginya untuk mengelilingi pasar. Membeli ini itu untuk keperluan syukuran. Bagus pun harus mengikutinya karena ia harus membawa semua belanjaan yang hendak ibu beli.

Cukup lama mereka berbelanja hingga akhirnya ibu keluar dari pasar dan menuju tempat parkir, tempat motor Bagus terparkir.

Dari rumah, Nina terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap. Ia langsung terduduk di atas kasur dan menatap sekeliling. Kepalanya terasa pusing karena ia terlalu lama tertidur.

Nina melihat ke arah meja di sebelahnya. Ada segelas gelas air putih yang sepertinya lupa ibu bawa kembali ke dapur semalam. Nina lekas mengambilnya dan meminumnya dengan ganas.

"Hai..." ucap sebuah suara.

"Kau sudah bangun. Keluar lah dan cepat mandi."

"Tidak... lebih baik tidur lagi. Tunggu ibumu datang."

"Lihat di jendela. Nanti ada orang jahat yang akan memasukinya."

"Nah dengar. Pintu depan terbuka. Sembunyi! Pasti ada yang akan mencelakaimu."

"Kamarmu akan terbakar. Sebaiknya cepat keluar."

"Keluar saja kalau mau dibunuh oleh orang jahat itu."

"Putuskan! Cepat putuskan!"

Nina menjerit hebat sambil melempar gelas yang ia pegang. Suara pecahan gelas terdengar dari arah rumah. Ibu dan Bagus yang baru pulang langsung berlari ke arah suara itu terdengar.

Nina berjalan ke arah pintu dan membukanya. Ia menjambaki rambutnya dan memukul mukul kepalanya sendiri. Berharap agar suara yang selalu terdengar itu bisa hilang.

Ibu dan Bagus yang belum sampai menuju kamar mendapati Nina sedang berjalan keluar dari kamarnya.

"Kamu kenapa Nin?" tanya ibu.

Tanpa diduga Nina langsung mendorongnya kencang hingga ibu terjatuh ke lantai. Bagus terduduk dan membantu membangunkan ibu.

Nina berlari ke arah kamar mandi. Di sana ia melihat bak mandi yang dipenuhi air. Dengan cepat ia tenggelamkan kepalanya ke dalam berharap suara di kepalanya hilang. Tapi sia sia. Suara itu tetap terdengar nyaring. Suara yang mengganggunya tidak bisa dihilangkan.

Nina mengeluarkan kepalanya dari bak. Menjerit hebat kemudian kembali memasukkan kembali kepalanya ke dalam air.

Bagus lekas berlari mengejar Nina ke kamar mandi karena takut terjadi sesuatu dengannya.

"Hey... kau lihat tadi? Ibumu bingung melihat tingkahmu yang seperti itu."

"Hahaha... kakakmu juga sama bingungnya."

Suara suara itu kian mengganggu. Sesaat setelah sampai di kamar mandi, Bagus mendapati Nina sedang menenggelamkan kepalanya ke dalam bak. Dengan cepat ia menarik tubuh Nina dan menggendongnya keluar.

"Bu, cepat kita harus pergi!" teriak Bagus sambil berlari keluar rumah. Ibu mengikutinya dari belakang. Mereka bertiga meniaiki motor yang dijalankan Bagus dengan sangat kencang.

"Kita mau kemana Gus?" tanya ibu dengan suara bergetar sambil memegangi Nina yang menangis dan memegangi kepalanya.

"Kita ke rumah sakit. Minta bantuan Fahri."

"Gus..."

"Bu... cukup! Jangan cari cara gaib lagi! Apalagi sama dukun itu! Nina itu sakit!" teriak Bagus tegas.

***

Sesampainya di rumah sakit, Bagus berteriak teriak meminta bantuan. Ia juga berlari keruangan Fahri secepat kilat.

Nina dilarikan ke sebuah ruangan. Ia menangis histeris dan meronta ronta. Kemudian ia diberi sebuah suntikan yang membuatnya tenang dan terlelap.

Setelah itu, ibu, Bagus dan Fahri mulai berbincang mengenai keadaan Nina.

"Nanti saya akan melakukan beberapa pemeriksaan dan wawancara kepada Nina. Ibu dan Bagus juga akan saya tanyai tentang keadaan Nina."

"Saya gak mau. Anak saya itu gak gila!" tolak ibu.

Lihat selengkapnya