Tergapaikah?

Aditya Maulana Yusuf
Chapter #2

Dengarkan...

Disini di rumahku, di depan meja yang sangat-sangat berantakan dan tanpa aturan. Diriku seperti sedang kembali ke masa lalu. Merasakan perasaan aneh yang tertera begitu saja di tubuhku, seakan akan aku ditarik untuk pergi kesana untuk kedua kalinya, tetapi kali aku hanya ingin bercerita tentang apa yang pernah terjadi di masa itu.

         Tahun 2017, kupijakan kaki untuk pertama kalinya di sekolah menengah kejuruan yang cukup terkenal dan favorit di kota yang sekarang aku tinggali.

         Meskipun tahun sebelum nya aku sudah di terima menjadi siswa disana, akan tetapi pada hari diselenggarakan nya acara MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah), di hari yang sama aku mengalami suatu kecelakaan yang mengharuskan aku untuk beristirahat dalam waktu yang cukup lama. Selama tujuh sampai sembilan bulan aku hanya berdiam diri di rumah sambil menanati waktu sembuh itu datang. Dan alhamdulillah, di tahun 2017 aku bisa menginjakan kaki lagi disana dengan keadaan yang lebih baik dari tahun sebelumnya.

         Saat itu aku memilih masuk ke sebuah jurusan bernama elektronika, aku berpikir dan membayangkan bahwa jurusan itu paling mudah untuk di pelajari, alasan selanjutnya adalah karena aku ingin merasakan hal yang sama seperti Bapak ku, yang salah satu profesi nya berhubungan dengan hal hal yang bersifat elektronik. Itu saja alasanku.

         Pembagian kelas pun sudah di umumkan dan sudah di atur sedemikian rupa, saat itu rasa malu masih membayangi diriku untuk masuk ke kelas, lantas aku memilih untuk diam dan duduk di depan kelas bersama siswa siswi lainya, yang belum ku kenal sebelumnya, sampai ada guru yang akan mengajar. Di hadapan ku ada seorang laki laki berkulit putih memakai seragam pramuka lengkap dengan atribut, sepatu hitam yang ia gunakan dan ransel kebiruan yang ia dekap. Tak lama kemudian ia memanggilku,

“Hei!!!”

“Iya gimana?” Jawabku.

“Punya uang kecil nggak?” Sembari mengeluarkan ekspresi muka yang tak sabar.

“Ada buat apa?” Baru juga masuk sudah ada yang malak pikirku.

“Boleh gue pinjem dua ribu, buat bayar kas?”

Ternyata ia bermkasud meminjam uang itu untuk membayar kas, dan aku sudah salah sangka kepadanya, maafkan saya ya Allah.

“Oh ada sebentar” Sambil mengeluarkan uang di dalam saku. “Nih!” Ku berikan padanya.

“Terima Kasih” Ucapnya. “Besok pagi-pagi gue ganti” Melanjutkan perkataan nya tadi

“Udah santai aja atuh”

Tak terasa hari sudah menjelang sore dan bel pulang sekolah sudah berbunyi menandakan seluruh siswa dan siswi sudah di perbolehkan untuk pulang.

Karena jarak dari sekolah ku ke jalan raya cukup jauh, maka aku bergegas dan berjalan agak cepat. Dan jika ke sorean tak akan ada angkutan umum yang melintas. Se-sampainya di jalan raya terlihat ada angkot putih yang berhenti tepat di sebrang ku, seketika langsung ku lihat kanan dan kiri untuk memastikan jalanan sedang kosong untuk menyebrang. Langsung Ku buka pintu angkot bagian depan. Lantas saat itu juga sang supir bertanya.

“Mau kemana?”

“Ya mau naik atuh Mang!”

“Maksud nya Mang tujuan kamu mau kemana?” Berbicara sambil melihat sekitar.

“Oh ke pasar Mang”

“Oke siap” Sambil Mengacungkan jempolnya.

Lihat selengkapnya