Berjalan menuju jalan raya, di temani Gani yang tiba-tiba ingin pulang naik angkot bersama ku, mungkin dia bosan ketika pulang sekolah sendirian terus. Sampai di jalan raya ku melihat angkot berwarna putih banyak berbaris sepanjang jalan, kalau aku tak salah totalnya kira-kira ada sepuluh angkot. Setiap supir keluar dari kendaraan tempurnya masing-masing.
Aku lebih memilih angkot yang paling depan siapa tahu berangkatnya paling duluan dan Gani pun setuju dengan pendapat ku. Dilihat-lihat dari jauh, aku sepertinya familiar dengan wajah supirnya, dan memang benar ternyata itu si Mang yang kunaiki angkotnya beberapa hari lalu. Seperti biasa aku menempati tempat paling nyaman dan leluasa yaitu duduk di bangku bagian depan sebelah tempat kemudi supir.
“Tidur bentar disini enak nih” Ucapku sambil memejamkan mata.
CEKREK!!! Suara pintu di buka.
“Geser dikit sempit nih” Perkataan seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
“Siapa sih! Ganggu ajah” Ku membuka mata secara perlahan.
“Ini gue. Geser! Geser!”
Hufttttt!!! Si manusia tiba-tiba, telah mengambil alih sebagian singgasanaku.
“Yaelah, ngapain sii? Pake pindah kesini segala! Itu di belakang kan masih kosong” Tukasku.
“Pengen ajah disini enak tuh ada angin sepoy-sepoy nya, di belakang panas pisan”
“Hadeuhhh! Yaudah lu turun dulu bentar”
Gani turun dari angkot kemudian aku menyusulnya.
“Sana masuk!!!” Perintahku.
Aku mengikuti masuk dari belakang.
“Kok lu ngikut masuk?” Protesnya.
“Shuttt!!! Diem ini tempat favorit gue, lu jangan protes untung gue lagi mau berbagi”
Akhirnya aku duduk di depan bersama Gani, hanya saja aku memilih untuk duduk di dekat pintu, dan Gani duduk di sebelahku yang masih saja merengek dan protes karena merasa tempat duduk nya sempit.
Beberapa saat setelah angkot si Mang berangkat dari tempat nge-tem tadi, angkotnya mendadak berhenti, karena duduk paling depan aku melihat seorang perempuan itulah yang memberhentikan angkot si Mang, perempuan itu langsung naik ke dalam angkot dan duduk di bagian paling belakang. Kepalaku sedikit menoleh ke belakang.
DEG!!!
DEG!!!
DEG!!!
Sontak jantung langsung berdebar, perasaan berubah menjadi girang dan bahagia.
Ia adalah perempuan sang pemilik senyuman termanis, yang tak sengaja kulihat saat upacara bendera hari senin lalu. Kupandangi dia secara diam diam tanpa se-pengetahuanya, untungnya gani saat itu hanya diam sambil menatap jalanan, Gani seakan-akan mengerti apa yang sedang kulakukan sampai-sampai ia tak berani menggangguku. Si Mang dan Gani masih terlihat fokus menatap jalanan dan aku juga sedang fokus. Fokus menatap, menatap paras ayu nya maksud ku. Dan sangat-sangat sayang untuk di lewatkan, betapa indah nya ciptaan Tuhan.
“Kiri,” Ucapan yang tiba-tiba keluar dari perempuan itu.
Angkot berhenti kembali. Perempuan itu lalu turun dari angkot berjalan ke bagian pintu depan dan menaruh uang ongkosnya di dashboard yang tepat di hadapanku, ia pergi begitu saja dengan langkah kaki yang terburu-buru. Mataku masih memperhatikanya walaupun ia sedang berjalan dan perlahahn menjauh.
PLAKKK!!!
“Aduh! Sakit nyet!” Spontan terucap begitu saja dari mulutku.
Ternyata Gani memukul ku dari belakang.
“Liatin apaan sih?” Tanya nya penasaran.
“Bidadari” Tegasku.
“Geulis nya. (cantik yah)” Ucap si Mang yang ikut nimbrung.
“Beuh! pastinya Mang” Ujarku sambil tersenyum.
“Siapa sih?” Wajah Gani terlihat kebingungan.
“Kan udah gue bilang, bidadari”
PLAKKK!!!
Kepalaku di pukul oleh si manusia tiba-tiba.
“Sakit atuh Gan, kayak yang lagi pms lu mah” Memegangi kepalaku yang terasa sakit dibagian belakang.
“Pms teh naon? (pms itu apa)” Ia bingung.
Perempuan itu masih terlihat berjalan, berbarengan dengan angkot si mang yang perlahan menjauh. Walau hanya singkat tapi akan selalu teringat.
Setelah turun dari angkot aku dan Gani menyusuri pasar sambil mengobrol di tengah-tengah padatnya penghuni pasar yang saling berlalu-lalang.
“Lu tiap hari lewat sini?” Tanya Gani.
“yaa tiap hari, berangkat sama pulang sekolah pasti lewat sini”
“Kan bisa lewat jalur yang sebelah timur, lebih sepi sama lebih bersih”
“Gue lebih suka lewat sini. Seru ajah liat banyak orang yang saling ber-interaksi, meskipun sebenarnya gue kurang suka keramaian”
“Lu mah aneh dit! Orang lain mah pengen yang sepi supaya lebih cepet sampe lu malah pingin yang begini”
“Nggak apa-apa atuh Gan, pengalaman baru”
“Eh iya. Gue baru inget, perempuan tadi siapa sih?”
“Bidadari!!! Udah lah lu jangan nanya-nanya mulu tenggorokan gue lagi kering”
“Yaudah deh”
“Ehh bentar!!! Satu lagi?”