“Tiiiddd!!!”
“Tiiiddd!!!”
“Tiiiddd!!!”
Suara klakson si hitam, kendaraan baru dengan sang pemilik Gani si manusia tiba-tiba yang beberapa hari lalu di belikan orang tua nya. Gani mengajak ku untuk berangkat bareng ke sekolah, dia bilang kalau nanti telat biar ada temen nya.
Karena jam masuk sekolah masih cukup lama akhirnya kami mampir ke tongkrongan dulu untuk ngopi-ngopi dan santai sejanak, cukup banyak anak-anak yang mampir untuk sarapan pagi dan ngopi sama seperti aku dan Gani. Kopi pesananku di antar Emih ke teras belakang, belum sempat ku minum tiba-tiba saja aku ingat bahwa kemarin malam, Fera dan Gani saling berbalas komentar di Facebook. Maka dari itu ingin kutanyakan saja langsung kepada gani yang tengah menyantap beberapa gorengan untuk sarapan paginya.
“Ada masalah apa?”
“Masalah?” Balasnya cepat.
“Nih!!!” Sambil kutunjukan layar ponselku.
“Ohh biasa lah
“Pasaea maneh (kamu berantem)”
“Nggeus lah, ulah di bahas (sudah jangan di bahas)”
“Nya enggeus atuh (yaudah)”
“Hmm!”
Ngopi-ngopi santai pun terhenti, karena bel masuk sekolah sudah berbunyi.
Pelajaran Bahasa Indonesia mengawali proses belajar mengajar pagi itu, dilanjutkan dengan beberapa pelajaran lain setelah nya. Waktu istirahat pun tiba, Gani berdiri dari bangku nya lalu berkata.
“Dit, kantin yuk!!! Aroma mendoan udah menggoda nih” Ia menghirup aroma itu dalam dalam.
“Duluan sana nanti gue nyusul”
“Yaudah kalo gitu”
“Hmm”
“Yaudah sana berangkat ngapain masih disini?”
“Bentar kali gue lagi meregangkan tubuh gue”
“DUTTTT!!!”
Suara gas beracun yang lantang dan jelas.
“Sialan!!! Bau!!! Lu kira gue hama, ngeluarin pestisida di depan gue”
“Hehehe sorry my friends” Berkata seperti itu seolah tak terjadi apa-apa.
Lalu ia pergi berlari sambil tertawa terbahak-bahak.
Ku mengeluarkan ponsel dari saku celana, sudah lama rasanya aku tak mengobrol dengan dia, sekaligus aku ingin menanyakan ada masalah apa sama Gani. Tanpa berlama-lama langsung saja ku chat dia.
“Hei Ra”
“Iya”
“Kamu kemana ajah?”
“Ada aja kamu yang kemana?”
“Ada Ra cuma lagi jarang buka ponsel ajah”
“Lagi dimana?”
“Di kelas Ra. Ada apa?”
“Nggak ada apa-apa, nanya aja”
“Kabar kamu gimana?”
“Sehat alhamdulillah, kamu?”
“Sehat juga. Eh iya boleh tanya sesuatu nggak?”
“Boleh, mau nanya apa?”
“Kamu punya masalah sama Gani?”
“Kamu tau Gani”
“Tau lah, dia kan temanku”
“Kamu sekelas yah sama dia?”
“Bukan sekelas lagi! Kita satu meja”
“Ouh”
“Pertanyaan ku yang tadi belum di jawab?”
BRAKKKK!!!
Meja di gebrak dengan sangat kencang nya.
Suara itu membuat ku kaget sampai-sampai ponsel ku jatuh ke lantai. Lagi-lagi itu ulah si manusia tiba-tiba, ia reflek mengambil ponsel ku yang terjatuh. Dengan tak sengaja ia melihat ke layar ponsel yang sedang menampilkan percakapan ku dan Fera. Gani langung menyerang ku dengan pertanyaan saat itu juga.
“Maneh keur ngadeketan si Fera? (kamu lagi deketin si fera)” Ucapnya sambil menunjukan layar ponsel kepadaku.
“Nggak itu mah cuma ngobrol biasa”
“Halah!!! Udah jangan bohong sama gue mah”
“Iya maaf Gan. Lu marah?”
“Ngapain gue marah, lagipula gue udah nggak deket lagi sama dia”
“Hah?” Jawabku kaget.
“Sumpah” Mengekspresikan jarinya membentuk huruf V.
“Misalkan gue jadi sama dia juga kayak nya nggak bakal lama. Gue dukung lu buat deketin dia bro”
“Serius nih?”
“Cius Gue mah, lagian udah ada yang baru tenang ajah selow!!!”
“Euh!!! yang satu gagal, ternyata ada ganti nya yang baru”
“Yoi hehehe”