Tergapaikah?

Aditya Maulana Yusuf
Chapter #8

Ungkapan

Aku sudah nyaman dengan nya, aku juga sudah suka padanya, aku selalu merindukan nya, aku pun tak tahu ini disebut apa. Ini pertama kalinya terjadi pada diriku yang sebelumnya tak pernah merasakan hal seperti ini dan ini semua membuatku bahagia.

Hari-hari ku terasa lebih hidup sekarang. Mungkin bisa di pengaruhi oleh orang-orang baru di sekitar ku, teman-teman baru, suasana baru atau juga di pengaruhi oleh sosok perempuan bernama Rara. Tapi akhir-akhir ini aku melihat dan tahu bahwa Rara sedang sibuk-sibuknya dalam berbagai macam urusan yang membuat ku tak ingin menganggu nya terlenih dahulu.

Sesekali aku menghubungi nya, tetapi tak kunjung ada jawaban dari nya. Daripada aku hanya diam dan menunggu kesibukan Rara yang tak bisa kupastikan kapan selesai nya, aku fokus saja dengan latihan-latihan bulutangkis ku. Karena dalam beberapa hari ke depan akan ada turnamen bulutangkis se-priangan timur, maka dari itu pelatih menggembleng terus latihan kami secara intens dan keras. Mulai dari latihan pengautan fisik, teknik, kelincahan, akurasi pukulan dan lain-lain. Sangat lelah rasanya hari-hari belakangan ini, selesai latihan pulang ke rumah istirahat lalu tidur, begitulah setiap hari.

Kebetulan sekali pada hari sabtu, pelatih memiliki urusan di luar kota yang tak bisa ia tinggalkan, ia menyuruh anak didik nya untuk tidak beristirahat saja di rumah. Karena berdiam diri di rumah terus membuat ku bosan juga, malam hari nya sekitar jam setengah delapan aku iseng-iseng main ke warnet punya teman ku Udin, yang jaraknya pun tak begitu jauh dari rumah ku.

Aku melihat seluruh komputer sedang di gunakan oleh beberapa anak yang sedang bermain game online. Udin terlihat sedang asyik memakan mie rebus kesukaan nya,

“Din! Ini masih pada lama ya?” Tanyaku seketika.

“Masih Dit. Paling kira-kira se-jam lagi” Ucap Udin.

“Oh gitu ya” Singkat ku.

“Kalau lu mau, tungguin ajah” Ungkapnya.

“Yaudah deh gue tunggu di depan ajah, kalau udah pada beres kasih tahu” Lanjutku.

Aku duduk dan menunggu di ruangan depan sambil memutar musik di ponsel ku. Dan nama Rara terlintas di pikiranku saat itu juga, mungkin aku sedang rindu kepadanya. Aku ingin menghubungi nya, siapa tahu ia sedang tidak sibuk. Lalu kutelfon dia.

“Halo?” Rara akhirnya menerima telfon dari ku.

“Selamat malam Ra” Ucapku.

“Iya, selamat malam juga. Ada apa Dit?”

“Nggak ada apa-apa sih, cuma pengen ngobrol biasa ajah”

“Oh gitu” Jawab nya singkat.

“Lagi ngapain?” Tanyaku.

“Habis ngerjain tugas”

“Sibuk banget yah?”

“Lumayan”

“Aku kangen Ra!”

“Eh Dit, udah dulu ya Rara lagi cape sama ngantuk” Balasnya cepat.

“Oh yaudah kalau gitu selamat tidur, maaf kalau ganggu”

“Iya makasih”

Telfon pun langsung terputus saat itu juga. Aku mengerti dan memahami bahwa ia begitu sibuk akhir-akhir ini, mungkin lain kali saja aku menghubunginya lagi.

“Woy, tuh udah kosong” Ucap Udin sambil memegang mangkuk yang berisi mie goreng.

“Buset dah! Baru juga tadi makan, udah makan lagi lu”

“Kalau malem porsi nya berbeda”

“Udah buruan gue lagi jenuh nih, pengen main game dari tadi” Pintaku.

“Yaudah mau berapa jam?”

“Dua jam ajah”

Tiba-tiba ia mengulurkan tangan nya seakan-akan ingin meminta sesuatu.

“Apaan nih?” Tanyaku.

“Duit. Duit nya dulu bos, buat beli makanan takut keburu tutup warung nya” Jawab Udin yang masih mengulurkan tangan nya di depan ku.

“Bener-bener nih manusia satu. Barusan itu lu makan mie rebus sama mie goreng emang nya nggak kenyang?” Tanyaku.

“Udah gue bilang kan tadi, kalau malem memang porsinya beda” Begitu tegasnya.

“Yaudah nih! Kembalian nya beliin kopi sama rokok ajah” Pintaku sambil memberikan uang kepada nya.

“Ini kopi nya mau kopi mix, cappucino, susu, arabika, robusta...” Ucapnya beruntun tak henti-henti jika tak ku potong.

“Shutttt!!! Kopi hitam satu” Singkat ku.

“Oke lah siap, lu terima beres aja kalau begitu”

Aku mulai memainkan game online yang sedang marak dan banyak di mainkan oleh kalangan remaja-remaja pada tahun itu. Sambil ku seruput kopi secara perlahan dan Udin sedang sibuk memakan camilan yang ia beli tadi di warung. Malam itu perasaan ku terbagi menjadi dua, antara senang karena terlalu seru bermain game online atau sedih karena akhir-akhir ini sulit dan jarang berhubungan dengan Rara, entah itu lewat telfon, whatsahapp, video call ataupun bertemu secara langsung.

Lihat selengkapnya