Santap-santap pagi pun telah selesai kami lakukan, perjalanan kami pun di mulai kemudian. Menelusuri jalanan aspal di suguhi hamparan sawah-sawah hijau yang memanjakan mata dan terik nya matahari yang saat itu mulai menyengat kulit yang panas terasa.
Sampailah kami di depan stadion yang sangat megah dan indah yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat kota Bandung yang selalu mengunjungi nya tanpa lelah. Senyum-senyum sumringah terlihat dari anak-anak yang hendak berjalan pulang bersama teman-teman nya setelah melakukan olahraga di area stadion.
Aku melihat sudah ramai sekali keadaan stadion saat itu, pedagang kaki lima mulai menjajakan dagangan nya, penjual baju mulai menjejerkan dan memajang baju-bajunya, dan penjual aksesoris juga mau kalah dan mulai menawarkan ke setiap pelanggan nya. Pendukung-pendukung mulai berdatangan dari seluruh penjuru Jawa Barat atau mungkin dari seluruh Indonesia juga.
Anak-anak kecil yang terlihat lucu memakai kaos tim kebangganya, orang tua nya terlihat bahagia bisa mengenalkan apa yang mereka sukai kepada anank-anak nya masih kecil. Polisi dan TNI sudah bersiap menjalankan tugas mereka untuk menjaga keamanan agar pertandingan lancar dan tidak terjadi suatu hal yang tidak di inginkan.
Kami yang masih terlihat bingung dan berputar-putar mencari orang yang menjual tiket. Dan kami masih berpikir apakah uang yang kami miliki akan cukup atau tidak untuk membeli lima buah tiket. Kami memilih untuk berteduh terlebih dahulu di bawah pohon karena cuaca semakin panas saat itu.
Seseorang menghampiri kami yang sedang enak-enak nya bersantai di bawah pohon yang teduh itu.
“Mas butuh tiket?” Ia tiba-tiba menawarkan tiket pertandingan kepada kami.
“Iya Mas” Jawab Maman langsung.
“Butuh berapa?”
“Cuma lima Mas” Ujar Maman.
“Yaudah lima ratus ribu deh nggak apa-apa” Ia langsung mematok harga.
Kami semua terbelenggu ketika mendengar harganya. Karena uang kami pun tak sampai segitu dan sedang pas-pasan.
“Waduh!!! Nggak dulu deh Mas” Tolak Maman yang juga terkejut mendengar harga tiketnya.
Orang itu pun langsung pergi saat itu juga, karena kami tak jadi membelinya.
“Gimana atuh? Duit juga tinggal dua ratus ribu lagi! Inimah nggak bakal bisa buat beli lima tiket” Ungkap Maman.
“Man kita udah jauh-jauh dateng kesini dengan keinginan dan tekad yang kuat. Berarti harus ada yang kita korbanin” Ucap Dadi sambil yang sedang bersender ke batang pohon.
“Jual aja nih powerbank gue, buat nambah-nambah” Fadel berbicara sambil meletakan powerbank nya di atas rumput.
“Masih kurang euy, kalo ini ke jual juga” Rintih Maman.
Maman dan Dadi melirik ke arah ku secara bersamaan.
“Jangan dong! Jangan ponsel gue, sayang baru ke pake beberapa bulan nih. Ponsel gue buat dokumentasi nanti di dalem, masa dateng kesini nggak ada eksis-eksis nya” Tolak ku.
“Bener si Kampeng euy, soalnya ponsel si Kampeng kamera nya paling bagus di antara punya kita” Maman seakan-akan mengerti maksud ku.
“Gini ajah, ponsel gue sama punya loe Man dan powerbank si Fadel kita jual satu paket ajah gimana?” Usul Dadi saat itu juga memecah kebuntuan.
“Ok gue setuju kalau gitu, daripada kita nggak masuk ke stadion sama sekali” Maman setuju dengan usulan Dadi.
Setelah sepakat dengan keputusan itu, kami melihat Ambenk yang sedang melamun di temani sepoy-sepoy angin yang terasa sejuk di cuaca panas seperti itu. Ambenk sadar dan menatap balik kami.
“Anying! Aing te boga ponsel, duit ge ngan gableg ceban atuh (gue nggak punya ponsel, uang juga cuma punya sepuluh ribu” Jawabnya yang dengan ekspresi terlihat kesal.
“Bedul. Kalem ajah atuh mukanya Benk jangan emosi” Ucap Dadi.
“Tenang Benk, udah ada solusi nya. Kita jual dulu tiga barang ini” Maman terlihat bingung memikirkan mau di jual kemana ini barang.
“Man kita coba jual ke warung yang tadi kita sarapan ajah gimana?” Usul dari Dadi memang sangat brilian.
“Bener tuh, coba aja dulu” Ucap Fadel.
Kami bergegas kembali ke warung yang sempat kami datangi saat sarapan tadi. Kebetulan warung nya masih buka. Dan langsung kami tawarkan.
“Mang lagi butuh ponsel nggak?” Tawar Maman kepada si Mang pemilik warung itu.
“Ponsel apa?” Tanya Mang.
“Android Mang nih ada dua, sama nih dikasih bonus powebank” Jelas Maman.
“Berapa harga semua nya?” Mang bertanya lagi, sambil fokus kepada penggorengan nya.
“Udah tiga ratus angkut deh” Pinta Maman.
“Mahal lah, lagi nggak punya duit” Tolak Mang langsung.
“Udah murah atuh segini mah, dapet dua ponsel dapet bonus lagi” Maman mewarkan lagi kepada Mang.