Kerinduan akan dirinya yang mempunyai senyum paling manis dari yang lainnya. Tak bisa ku pungkiri bahwa Rara telah membuat ku tahu dan mngerti apa itu rasa sayang dan cinta, terlebih lagi aku baru merasakan itu semua saat mengenal diri nya. Sebelum nya aku tak pernah merasa galau, gundah gulana, gelisah, resah, atau memikirkan seseorang sampai sebegitu nya. Memang benar yang di katakan orang-orang di luar sana bahwa, jatuh cinta itu mudah, tapi membuat seseorang untuk jatuh cinta kepada diri kita itu sulit dan di situlah tantangan nya.
Besar nya sebuah rasa, entah itu rasa sayang, suka, maupun rasa cinta yang kuberikan padanya mampu menjadikan ku untuk terus saja mendekati nya. Harus nya kalau sudah di tolak itu mundur bukan maju, tetapi diriku tak mengendur dan malah tetap melaju.
Aku berusaha untuk bisa menghubungi nya, bertemu dengan nya, namun ia seperti menghindar dan menjauh. Padahal aku berniat untuk meminta maaf atas apa yang ku lakukan pada saat bertemu dengan nya hari itu. Tak henti-henti aku selalu memikirkan nya dan tak bisa di hilangkan begitu saja.
Di kelas ketika sedang belajar fokus ku terbelah menjadi dua, mata ku memperhatikan Guru yang sedang mengajar tapi pikiran ku melanglang buana entah kemana.
Gani yang melihat ku sedang diam dan tak melakukan kegiatan apa-apa mengajak ku ke kantin.
“Hayu kantin” Ucap Gani sambil berdiri dari bangku nya.
“Nggak dulu deh Gan” Rintih ku.
“Udah lah hayu jangan pura-pura nggak mau”
Gani memaksa ku untuk ikut ke kantin, sambil ia menarik-narik tangan ku yang sedang malas untuk bergerak.
“Tenang untuk hari ini mendoan sama minuman nya gue yang bayar” Tawar Gani.
“Yaudah hayu, kalo lu yang bayar” Jawab ku yang langsung berdiri dari tempat duduk.
“Tadi katanya nggak mau, giliran di bayarin semangat nya menggebu-gebu” Ejek Gani.
“Yaudah nggak jadi kalo gi....”
Ucapan ku langsung di potong oleh Gani.
“Eh jadi-jadi hayu, baper amat si lu kan gue cuma bercanda tadi” Pintanya kembali.
“Yaudah ayo buruan! Jangan ngomong mulu” Kesal ku.
Kami berjalan keluar kelas, Gani berjalan di depan dan aku mengikutinya dari belakang. Di tengah-tengah perjalanan menuju kantin langkah ku terhenti ketika aku melihat seorang perempuan sedang duduk sambil memainkan ponsel nya di dekat mushola. Setelah ku perhatikan secara seksama, ternyata itu Rara. Gani masih terus saja berjalan tanpa sadar bahwa aku sudah tak mengikuti nya, aku langsung saja menghampiri Rara yang sedang duduk bersama teman nya saat itu.
“Assalamualaikum?” Ucapku yang sudah berdiri di hadapan nya.
“Waalaikumsalam” Teman nya Rara menjawab salam ku.
Rara seperti nya belum sadar bahwa ada aku di depan nya. Teman nya langsung mengerti akan maksud kedatangan ku saat itu, teman Rara segera berdiri dan memilih pindah tempat duduk yang agak jauh dari posisi sebelum nya. Rara masih belum sadar juga bahwa teman nya sudah tak ada di sisi nya, karena ia sedang fokus menatap ponsel nya.
“Assalamualaikum?” Ucapku kembali.
“Waalaikumsalam” Jawabnya yang masih belum sadar bahwa aku sedang di hadapan nya.
“Selamat pagi Ra” Sapa ku.
“Selamat pagi juga” Ia menjawab sambil mengangkat kepala nya dan langsung melihat ku saat itu.
Ia terlihat kaget dan bingung, melirik kesana kemari mencari-cari teman nya yang sudah tak lagi duduk di samping nya. Lantas ia langsung berdiri dari tempat duduk nya dan ingin pergi dari hadapan ku. Langsung saja ku pegang tangan nya saat itu juga.
“Tunggu sebentar aku mau biacara sama kamu” Pintaku yang masih memegang tangan nya dengan erat.
“Lepasin” Pinta nya.
“Nggak akan” Ucapku tegas.
“Aku lagi sibuk” Tukas Rara yang wajah nya terlihat kesal.
“Jangan bohong! Udah duduk dulu” Pintaku lagi.
Aku berkata seperti itu karena saat itu sedang istirahat dan Rara pun sedang mengobrol dengan teman nya sambil memainkan ponsel nya.
“Yaudah lepasin” Pintanya.
Aku segera melepaskan genggaman ku dari tangan nya dan langsung duduk, Rara pun kembali duduk di posisi sebelum nya.
“Yaudah cepet mau ngomong apaan” Ujarnya yang masih terlihat kesal.