Hilang

nawa
Chapter #9

Bagian 9

Sudah dua jam mama tertidur di sofa. Ia senang sekali bisa istirahat seperti ini, lalu bisa makan enak. Mama berjalan ke dapur dengan senang hati. Tetapi, saat sampai di dapur, yang ia temukan hanyalah tumpukan piring kosong. Otomatis mama langsung marah. Ia langsung naik ke lantai dua menuju kamar Eira. Mama membuka pintu kuat sekali. Hampir saja pintu itu lepas. Namun, yang dia lihat hanyalah ruangan tanpa prnghuni yang berantakan. Marahnya kini naik menjadi dua kali lipat. Mama tidak tahu apa yang Eira lakukan hingga dua jam tidak ada hasil sama sekali.

Mama mencari ke sekeliling rumah, tapi tidak ada siapa-siapa selain dia. Mama juga baru sadar jika Si Mbok tidak ada di rumah. Karena sangat lapar, mama akhirnya pergi mencari makan sendiri di restoran yang biasanya ia datangi. Di restoran ini juga biasanya mama berpesta dengan temannya. Akhir-akhir ini mama sering stress. Pekerjaannya sudah berantakan sekarang. Kesehatannya pun menurun. Ia juga sudah tidak peduli dengan atasan kerjanya yang sekarang sering menagih laporan pekerjaannya. Mama tak pernah peduli dengan itu semua selama ia punya uang yang banyak dan juga bisa berpesta dengan teman-temannya. Sekarang pun mama sering terlambat membayar tagihan-tagihan yang ada di rumah. Begitu juga untuk membayar Si Mbok.

Malam ini mama ada pesta dengan teman-temannya. Tak mungkin ia akan melewatkan kegiatan kesukaannya itu. Setelah makan, mama harus pulang untuk mandi dan bersiap-siap. Pesta kali ini adalah acara ulang tahun pernikahan temannya. Ia tak peduli jika harus datang sendirian. Awalnya ia sempat bimbang, tapi mana bisa mama melewatkan pesta besar dan gratis seperti itu. Selesai mandi, mama bersiap di kamar. Merias diri di mejanya yang mewah. Setelah berapa lama, mama baru sadar ada yang janggal di meja itu. Kartu kredit dan juga beberapa uang yang ia taruh di situ tidak ada. Mama berpikir jika ia lupa menaruhnya karena ia memang pelupa. Tetapi sepertinya tidak, hari ini mama belum masuk ke kamar ini. Apa tertinggal di kantor, pikir mama.

“Jangan-jangan tadi waktu keluar beli makan ada pencuri. Tadi kan lupa pintunya belum dikunci.”

Mama panik sekali. Ia mengecek semua barangnya, uangnya dan juga perhiasannya. Untung semuanya masih ada. Masalahnya, jika yang mengambil kartu itu menggunakan kartunya, maka tagihan tetap harus mama yang membayar karena kartu itu atas nama mama. Tetapi, kartu itu juga ada nomor pin. Jadi, kemungkinan yang mengambil kartu itu tidak bisa menggunakannya. Mama sedikit lega setelah berpikir begitu. Beruntung juga, uang yang ada di atas meja itu jumlahnya tidak seberapa untuknya. Setelah itu, mama berpikir jika saat ini waktunya fokus untuk ke pesta yang sekitar tiga puluh menit lagi akan dimulai.

Lihat selengkapnya