Setiap orang pastinya memiliki pedoman dalam hidup ketika akan menjalani kehidupan itu sendiri, berfikir untuk melangkah dan bertindak untuk sesuatu yang akan terjadi. Semua itu adalah sebuah prinsip dalam hidup yang harus setiap orang miliki, meskipun setiap prinsip orang berbeda-beda sekalipun seseorang terlahir kembar identik tak pernah akan sama memiliki prinsip dan jalan pemikiran yang sama pastilah berbeda satu sama lainnya. Teringat sebuah cerita ayah tentang sebuah prinsip hidup yang selalu beliau pegang disepanjang hidupnya, prinsip pertama menurut ayah yaitu bekerja lillahi ta'ala biarlah Allah yang menggaji atas setiap keringat yang dicucurkan, karena pada hakikatnya rezeki itu sudah digariskan semenjak kita berusia empat bulan didalam kandungan namun tetaplah harus dibarengi dengan ikhtiar dan kesungguhan dalam berusaha. Konsep rezeki menurut ayah sangatlah sederhana, rezeki itu adalah sesuatu yang masuk kedalam tubuh kita artinya yang kita makan itulah rezeki yang diberikan oleh Allah pada saat itu, sementara materi, uang ataupun harta itu adalah milik yang dititipkan oleh Allah yang bersifat sementara dan belum tentu akan menjadi rezeki kita. Ayah pernah mendapat pelajaran berharga dari sebuah kejadian pada saat ia pertama kali bekerja di Jakarta, ketika itu ayah bekerja pada salah satu gedung yang berada di Jakarta Pusat dan ketika itu ayah menerima gaji pertamanya namun sebuah musibah ketika ayah pulang dari Jakarta menuju Bogor didalam kereta dompet ayah raib digondol oleh copet, hasil kerja selama satu bulan yang belum sempat sama sekali ayah nikmati itu lenyap seketika. Dari sebuah kejadian itu ayah berfikir bahwa rezeki itu sudah Allah atur, meskipun kita bekerja keras sampai bercucuran darah sekalipun jika memang belum rezeki dan miliknya tak akan pernah bisa kita nikmati, tapi meskipun seperti itu ayah selalu mengikhlaskan apa yang telah menjadi ketetapan Allah dan selalu bersyukur dengan apa yang sudah didapatnya.
Ayah merupakan sosok yang berpegang teguh pada ucapannya, apa yang ia ucapkan pastinya akan ia pertanggung jawabkan. Ayah selalu mengajarkanku tentang arti jati diri, apa yang kau lakukan saat ini akan membawamu pada masa yang akan datang dan apa yang kau tanam hari ini suatu saat akan membuahkan sebuah hasil, buahnya baik ketika kamu tanam bibit dengan baik dan memupuk dengan kasih sayang serta kesungguhan, buah yang burukpun dihasilkan dari apa yang kamu tanam hari ini tapi ingat ketika kamu tahu bahwa itu akan buruk hasilnya jangan lanjutkan untuk ditanam tapi ganti dengan benih kebaikan yang lain, tutur ayah kepadaku sambil ia memberiku beberapa suap makan dari tangannya.
Ayah memang terlihat seperti orang pendiam, tapi aku tahu diamnya ayah bukan berarti diam tanpa sebab. Ayah juga mengajarkan ketika kita berbicara selalu difikir terlebih dahulu sebelum diucapkan, karena apa yang sudah diucapkan tidak akan pernah bisa ditarik kembali meskipun kamu menyesalinya, akan membekas meski tak terlihat berbekas dan akan terasa meskipun tak terlihat oleh kasat mata. Meskipun ayah dikenal seperti orang pendiam namun dalam diamnyapun terkadang menjadi sebuah karya yang luar biasa, terlihat dari beberapa prestasi ayah dibidang seni yang sudah banyak menghasilkan karya apapun dari diamnya ayah. Terkadang aku takjub kepada ayah, ternyata orang pendiam bisa jauh lebih hebat dibanding orang yang banyak omong namun tak berisi seperti pepatah "tong kosong nyaring bunyinya", apa yang ia ucapkan sering kali tidak bisa ku sangka juga bahkan ketika ayah marahpun jarang sekali ayah mengeluarkan kata-kata kasar, sebaliknya ayah hanya diam ketika marah dan baru mau bicara ketika aku telah berfikir apa yang menjadi kesalahanku. Dari hal itu aku dapat belajar bahwa apa yang kita lakukan dan apa yang kita ucapkan harus bisa kita pertanggungjawabkan dan jangan asal bicara jika tidak ingin hati orang lain terluka. Mungkin itulah karakter ayah yang menjadi prinsip dalam hidupnya, ia tak akan pernah menjilat kembali liur yang sudah diludahkannya.
Prinsip selanjutnya ayah mengatakan, "ketika kamu melakukan suatu kebaikan dengan makhluk lain, berakadlah dengan Allah dan jangan sekali-kali berakad dengan makhluk-Nya, karena ketika kamu berakad dengan makhluk-Nya jika sesuatu yang kamu harap tidak sesuai dengan ekspektasi, maka akan timbulah kekecewaan".