Terima Kasih Ayah, Aku antar ke Syurga Nya

Arwin Suripto
Chapter #1

Dialah "Ayah" ku

Saat itu usiaku baru 2 tahun, seorang balita perempuan yang belum mengerti apa-apa yang selalu dimanjakan oleh ayah meskipun ia selalu sibuk dengan segudang pekerjaannya. Dia adalah sosok yang ku kenal mampu melakukan apapun, kata orang-orang sih ayahku dibilang "multi talent", walaupun profesinya adalah seorang guru tapi ia mampu melakukan pekerjaan apapun dengan skill yang bisa dibilang mumpuni.

Ayah mampu memasak masakan yang enak, membuat cemilan dan juga kue-kue yang lezat disela-sela kegiatan utamanya sebagai seorang tenaga pendidik disalah satu sekolah swasta. Ayah juga mampu bermain musik dan selalu bernyanyi dikala santai, ayah juga sering kali mengajari banyak orang tentang keahlian dibidang desain grafis meskipun ia bukan seorang lulusan fakultas desain. Ayah juga dikenal orangnya humble dan menjadi sosok panutan bagi para peserta didik disekolahnya. Selain itu juga ayah selalu mengajarkan ku ilmu agama, kata beliau ilmu agama jauh lebih penting dan ayah selalu mengutamakan adab sebelum ilmu, karena adab lebih penting dari sekedar ilmu, tanpa adab ilmu tak akan berharga apa-apa pesannya.

Ayah memberiku nama yang sangat indah "Yumna" yang berarti anak perempuan yang beruntung, ya ku rasa aku beruntung diberikan nama itu dan semoga ayah memberiku nama itu sebagai do'a terbaik seumur hidupnya untukku. Aku tak pernah menceritakan ibu karena ibu sudah jauh lebih mulia, pengorbanannya pun tak dapat ku gambarkan karena nilainya sangatlah tak terhingga.

Aku terlahir dikeluarga yang amat sangat sederhana, rumahku berukuran dua belas meter persegi, kamar yang sempit dan sebuah ruang keluarga yang kecil cukup untuk kami berkumpul disela-sela waktu merajut kebahagiaan dan mencoba ikhlas menerima keadaan, bukan berarti tak berusaha untuk jauh lebih baik. Bahkan sebaliknya aku yakin ayah sudah berusaha memberikan yang terbaik dalam hidupnya dan mendedikasikan seluruh tenaganya demi kebahagiaan kami. Hanya saja tuhan belum mengizinkan kami untuk menikmati kemewahan duniawi, tawakal-lah yang menjadi cara terakhir kami setelah ikhtiar semaksimal mungkin. Kami akan selalu bersyukur kepada Allah sang pemilik segalanya dan kamipun akan kembali kepada Nya.

Lihat selengkapnya