Terima Kasih Sudah Menjadi Istriku

Mario Matutu
Chapter #8

Cinta Harus Diperjuangkan

DOA Annie agar Arung menjauhinya tak dikabulkan Tuhan. Saat pulang sore itu, Arung sudah menunggunya di koridor. Gadis itu sempat ingin memutar lewat gedung akademik saat melihat Arung dari kejauhan. Namun, ia urungkan karena Arung telanjur melihatnya.

Annie pun pasrah.

Beberapa detik berikutnya Arung sudah di hadapannya.

“Hai, Annie.”

Arung menyambut dengan senyum Pepsodent bercampur Close Up. Bayangkan sendiri bagaimana dahsyatnya kalau senyuman di dua iklan pasta gigi itu bersatu di wajah Arung. Sempurna. Manis. Melelehkan hati.

Namun, Arung salah kalau menganggap senyum manisnya itu sudah cukup untuk meluluhkan hati Annie. Amarah gadis itu malah makin membuncah saat melihatnya tersenyum.

“Dasar gila!”

“Saya memang sudah gila Annie. Kamu yang membuatku gila.”

“Tapi saya tidak suka padamu!”

Gadis itu berhenti di tempat parkir dan membentak Arung.

“Tapi saya suka kamu,” ujar Arung santai.

Mendengar jawaban cuek Arung, Annie tambah geram. Andai punya kantong ajaib, saat itu juga dia pasti akan langsung mengambil alat yang bisa segera membawanya terbang ke kamar kosnya. Itu tempat teramannya saat ini.

Seperti sehari sebelumnya, Arung mengikuti Annie sampai di depan pintu pagar rumah kosnya. Tapi kali ini, ia tidak lagi menunggu dibentak sebelum pulang. Melihat Annie membuka pintu pagar, ia segera memutar badannya dan ngeloyor pergi.  

Begitulah seterusnya. Setiap pulang kuliah, Arung menunggui Annie dan mengantarnya pulang. Arung sempat kehilangan jejak Annie selama tiga hari. Gadis itu diam-diam meminta bantuan temannya untuk memantau Arung ketika akan pulang. Saat perhatian Arung teralihkan, Annie langsung pulang lewat terminal kampus. Namun, setelah Arung memutuskan menunggu di depan himpunannya, Annie akhirnya pasrah dan tidak lagi berusaha menghindar.

Tapi sama sekali tidak ada yang berubah dari sikap Annie. Di atas angkot, Arung hanya bisa menikmati wajah Annie sambil mengoceh sendiri. Tidak ada percakapan yang pantas dikenang. Setiap kali Arung bertanya, Annie hanya menjawab dengan anggukan atau gelengan kepala. Terkadang, anggukan dan gelengan itu dibumbui kerut kening atau gerak bibir capek. Di lain waktu, gadis itu akan melirik ke penumpang lain untuk memastikan tidak ada yang sedang memperhatikan mereka.

Meski tidak ada tanda-tanda Annie akan menerima cintanya, Arung tidak berhenti mengikuti gadis itu. Ia juga sama sekali tidak pernah protes dengan sikap kasar Annie kepadanya.

“Risiko cinta, Bung Ilham. Ini belum seberapa dibandingkan kisah perjuangan La Mallo mengejar cinta I Muna dalam legenda Bugis di kampungku. La Mallo baru bisa meyakinkan I Muna bahwa ia pantas mendapatkan tempat di hatinya setelah sepuluh tahun. Bayangkan, Kawan, sepuluh tahun.”

Lihat selengkapnya