SUARA langkah kaki terdengar mendekat ketika Annie akan menyalakan tv di kamar. Saat suara langkah itu semakin dekat, Annie langsung meletakkan kembali remote yang sudah ia pegang dan bangkit dari kursi. Namun, belum sempat melangkah, gagang pintu sudah lebih dulu berputar. Sejurus kemudian pintu terbuka dan dr Kemal muncul dengan senyum ramahnya.
“Eh, Dokter. Silakan masuk, Dok,” sambut Annie.
“Loh, dr Kemal dari mana?” tanya Arung. Seperti Annie, Arung juga terkejut dr Kemal tiba-tiba muncul. Selain hampir tidak pernah datang sore untuk memeriksanya, kali ini dr Kemal muncul tanpa didampingi perawat atau dokter koas. “Ada pasien baru di sini ya, Dok?”
“Tidak ada. Saya datang ke sini untuk bertemu kalian.”
“Oh ya?”
“Begini, Pak Arung. Saya dan beberapa dokter yang selama ini terlibat dalam penanganan Pak Arung baru saja mengadakan rapat.”
“Rapat?” Dahi Arung berkerut dalam. “Maksudnya rapat terkait saya, Dok?”
“Benar. Kami rapat terkait penyakit Pak Arung.”
“Alhamdullillah,” ucap Arung. Wajahnya seketika berubah cerah. Ini kabar bagus, pikirnya. Setelah sebulan lebih tanpa kejelasan, ia akhirnya bisa mengetahui penyakitnya dan pasti akan segera mendapat pengobatan yang tepat. “Terus, bagaimana hasilnya, Dok?”.
“Setelah pemeriksaan menyeluruh serta berbagai diagnosa yang kita lakukan dalam beberapa minggu terakhir, kami tim dokter sudah menyimpulkan Pak Arung terserang penyakit Meylitis Transversa.”
“Meylitis, Meylitis apa, Dok?”
Kedua alis Arung terangkat tinggi. Ini pertama kali ia mendengar nama penyakit itu. Nama yang asing dan sangat aneh. Ia bahkan tidak bisa mengejanya dengan baik.