Pagi telah tiba, mentari yang awalnya bersembunyi kini menampakkan diri. Seorang gadis masih bergelut dengan selimutnya merasa terganggu akibat silauan cahaya yang masuk ke mata. Nisa, gadis itu, menggeliat kecil lalu bangkit sambil mengusap kedua mata karena penglihatannya kabur. Setelah membaik, dia mengambil kacamatanya yang bertengger di meja sisi kasur lalu memasangnya. Dia mengamati ruangan kamar yang sepi, hanya terdengar kicauan burung di luar sana serta suara kendaraan berlalu lalang.
Nisa bangkit dari kasur dan melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri.
Beberapa menit kemudian...
Nisa telah memakai seragamnya dengan rapi. Dia mengamati penampilannya di cermin. Rambutnya di kuncir satu. Dia tersenyum puas setelah merasa penampilan terlihat bagus lalu bergegas keluar rumah untuk berangkat ke sekolah.
Nisa melangkah kakinya turun, menyusuri tangga. Ya, kamarnya berada di lantai atas. Nisa berjalan menuju ruang makan tepatnya di dapur. Nisa melihat mamanya tengah sibuk mengaduk sambal di wajan.
"Pagi ma?" sapa nisa sambil mencium pipi mamanya sekilas.
Mama tersenyum kecil, lalu beralih mematikan kompor dan memindahkan sambal kepiring lalu meletakkannya di meja makan.
Nisa mengikuti mamanya lalu duduk di salah satu kursi di meja makan.
Nisa menengok kiri dan kanan, mencari seseorang. "ma? Papa mana?"
Mama mendudukkan dirinya di kursi yang ada di hadapan Nisa lalu menaruh piring keatas meja dan meletakkannya di dekat nisa. "Papa udah berangkat duluan barusan,"
Nisa mangut-mangut mengerti sambil menyendok nasi lalu menaruhnya ke piring. Nisa mengambil lauk dan meletakkannya di sana. Nisa mulai memakan makanannya hingga habis
"Ma, aku berangkat." ucap nisa lalu menyalami tangan mama.
Mama mengangguk pelan, "hati-hati"
Nisa mengeluarkan sepedanya di garasi lalu mulai menaikinya sambil melambaikan tangan kearah mama. "Aku pergi dulu, ma.." seru Nisa lagi.
Mama hanya membalas dengan senyuman.
Nisa menggayuh sepedanya meninggalkan perkarangan rumah. Sepanjang perjalanan, Nisa bersenandung ria sehingga membuat beberapa orang yang melewatinya menoleh menatapnya. Namun, Nisa tidak peduli, hingga dia sampai di pakiran sekolah.
Nisa melangkahkan kakinya menyusuri koridor-koridor, hingga dia sampai ke kelas.Terlihat dua orang gadis dibangkunya. Nisa menghampiri mereka sambil tersenyum.
"Eh, pagi Nis?" sapa Della beranjak dari kursi nisa dan duduk dibangku yang ada di hadapannya.
Nisa meletakkan ranselnya diatas meja dan menatap mereka bergantian.
"Heh, tumben kau telat Nis. Biasanya duluan dari kita" ucap Sarah.
"Ah, itu...aku kesiangan. hehe?" Balas Nisa.
Sarah menggeleng pelan mendengarnya. "Heh,nis minjam buku tugas dong?"
Nisa yang mendengar itu, merogoh tas dan menyerahkan buku tugas kearahnya. Nisa sudah tahu sikap sahabatnya yang tak pernah berubah itu. Dia selalu mengerjakan tugas di sekolah dan menyalin jawaban Nisa. Dengan gerakkan cepat Della merebut buku yang akan Nisa berikan pada Sarah.
"Woi..Del, apaan sih.. rebut barang untukku.. bagi-bagi dong.." gerutu Sarah tidak terima.
"Gak, sekarang giliran aku. kau sudah kemaren," tolak Della kembali menghadap kedepan.
"Ish...kau curang Del!" kesal Sarah sembari menendang kursi Della berkali-kali.
Nisa hanya menutup telinganya jengah, mendengar suara Sarah nyaring sekali disebelahnya.
***
Jam istirahat...
Nisa tengah duduk bersama Sarah, sedangkan Della sedang memesan makanan.
"Hai guys..? nungguin aku ya?" ucap Della baru datang dengan nampan ditangannya.
"Heleh...,siapa juga nungguin kau. Pede.." cibir Sarah.
Nisa terkekeh geli melihat tingkah kedua sahabatnya.
Della memayunkan bibir kesal, "Huhu...,teganya kau menyakiti perasaanku.." ucap Della dengan wajah dibuat-buat sedih.
"uwekk..., jijik.."ucap Sarah.
Setelah perdebatan Sarah dan Della yang tidak jelas itu, suasana menjadi hening dan mereka sibuk mengunyah makanan di piring masing-masing. Hingga Della kembali membuka suara."Nis, lihat tuh..sejak tadi Dika liatin kamu terus."
Nisa yang mendengar segera menoleh menuju arah pandangan Della yaitu tempat dimana meja rombongan Dio berada.
"Cie...cie..., ada yang diam-diam berharap..." Goda Della.
"Ish... apaan sih. Gak lucu tahu. "Kesal Nisa karena dibohongi.
"Uhuy... Nisa diam-diam naksir sama Dika" seru Sarah ikut menggodanya dengan suara nyaring.
Beberapa orang-orang di kantin mendengar seruan Sarah membuat Nisa malu dengan wajah memerah. Nisa bersyukur karena Dika saat ini tidak berada di kantin. Nisa menunduk dengan senyuman tertahan.
"Duduh...., gak usah malu-malu kucing segala Nis. Kan udah malu-maluin sejak dulu. hehe.." Ledek Della menahan tawa.
'Ish...lagi-lagi aku dibuat malu.' batin Nisa.
Nisa merasa Sarah dan Della semakin menjadi-jadi menggodanya. Nisa sudah tidak tahan dan memilih bangkit dari duduknya karena kebetulan dia sudah menghabiskan makanannya.
"Eh, mau kemana Nis?" Ucap Sarah masih dengan tawanya bersama Della.
"Uh, udahlah.. kalian meledekku terus.." gerutu Nisa.
Nisa menggeser kursi yang dia duduki lalu memutar tubuhnya keluar dari sana.
Tiba-tiba, Nisa tidak sengaja menabrak seseorang yang baru saja melewati meja mereka hingga Nisa hampir tersungkur jatuh ke lantai namun terlebih dulu di tahan oleh orang itu.
Sarah dan Della awalnya terkejut berubah dengan ekspresi cengo, melihat adegan yang seperti drama itu.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya orang itu yang masih melingkarkan tangannya di pinggang Nisa untuk menahan tubuh Nisa agar tidak jatuh.
Nisa mengedipkan mata beberapa kali dan akhirnya tersadar lalu dengan segera menstabilkan posisinya kembali. "Ah, maaf."
Orang itu menggaruk tengkuknya sambil mengangguk lalu menyodorkan tangannya ke arah Nisa. "Aku Gerry Mahendra, kelas sebelas C, disebelah kelasmu..Nisa.."
Nisa terbelalak tidak percaya karena laki-laki yang bernama Gerry ini mengenalnya. "Uhm, bagaimana kamu tahu aku?"
Gerry terkekeh sambil menarik tangannya kembali karena ulurannya tidak di balas. "Oh, ah .. itu.. siapa juga yang tidak mengenalmu, terlebih teman-temanmu.."
Ucapan Gerry membuat Nisa tersadar bahwa mungkin saja orang-orang mengenalnya karena kedua sahabatnya, Sarah dan Della. Sarah terkenal cantik dan sering bergonta-ganti pacar sementara Della terkenal sebagai perempuan yang suka bergaul, dan Della juga memiliki teman yang berbeda kelas.
Nisa mengangguk paham. "Oh, sekali lagi aku minta maaf karena tidak melihat." Nisa menunduk menyesal.
"Oh, tidak apa. aku juga salah, tidak melihat jalan.." balas Gerry.
Nisa memainkan jari-jari nya gugup. Nisa terlalu malu mengangkat wajah menatap Gerry. Nisa tidak bodoh, hanya saja dia kembali teringat nama 'Gerry' yang tidak asing ini adalah salah satu laki-laki populer di sekolah dan dia kapten basket. Terlihat jelas dari tangannya yang kuat dan bisa menangkapnya dengan cepat.