Terjebak dalam Novel

Ria Andriati
Chapter #1

The Girl Who Can't be Moved

"Nika!" Nadia berseru dari ambang pintu kamar lalu tergopoh mendatangiku. "Galih, Nik! Dia mau nikah bulan depan!"


Hah?! Aku jelas terkesiap mendengar ucapan Nadia. Jelas sekali wajahku nampak cengo saat ini dan aku tidak bisa menyembunyikannya. Terasa asing setelah sekian lama. Namun terasa dekat seakan hatiku menghangat seluruhnya.


Biarkan aku merapalnya. Mencari dalam ingatan tentang teman sekolah atau kenalan kami yang bernama seperti itu. Namun aku tahu hasilnya pasti nihil. Tidak ada seorang pun yang bisa kukenali. Aku yang seorang katak dalam tempurung ini tentunya tak memiliki kenalan sebanyak Nadia. Lantas siapa yang Nadia maksud? Ataukah itu hanya seorang dari banyaknya kenalan yang pernah ia ceritakan padaku? Lalu apa pentingnya bagiku mendengar berita itu?


"Nik, denger gak sih?" Nadia menepuk bahuku.


"Ah iya!" Aku linglung. "Galih siapa?"


Nadia mendengkus lalu menyerahkan ponselnya. "Nih, lihat sendiri!"


Ponsel Nadia menampilkan beberapa potongan video pendek dari akun media sosialnya. Terlihat jelas sepasang kekasih sedang mencoba busana pengantin. Tidak jelas siapa mereka, aku tak mengenalnya. Dari beberapa video yang telah kulihat posisi mereka membelakangi kamera sehingga aku hanya bisa melihat punggung mereka.


Satu video lagi dan ini adalah video terakhir. Si lelaki kemudian memutar badannya begitu juga si wanita. Saling berhadapan dan terlihatlah sebagian dari wajah mereka. Si lelaki memegangi pipi si wanita yang tengah tersenyum malu-malu. Meski hanya terlihat sebagian tapi kurasa wanita itu nampak cantik. Tunggu, aku seperti mengenali rahang kokoh si lelaki. Ah, tidak! Aku menggelengkan kepala dan menepis dugaan buruk yang melintas begitu saja dalam benak. Tidak mungkin!


"Ini siapa yang fitting di studio teh Icha?" Satu-satunya hal yang kuketahui dengan pasti hanyalah studio tempat pasangan itu melakukan fitting adalah milik Teh Icha—Make Up Artist profesional yang menjadi mentor pertama Nadia saat memulai karirnya dulu.


"Kamu beneran ngga tau?" tanya Nadia.


Aku menggeleng demi mengingkari dugaanku sendiri. "Tidak."


Nadia mengambil alih ponselnya. Cekatan tangannya mencari sesuatu yang entah tak bisa terlihat jelas dari arahku. Buru-buru ia menyerahkan kembali padaku, "Coba liat yang ini."


Kudapati sebuah gambar undangan digital bertema rustic dengan dominasi cokelat pada bingkainya dan hijau pada balutan daun yang menghiasi. Undangan itu terlihat hangat sehingga memberikan kesan yang begitu intim bagi pembacanya. Seolah sedang mengajak para calon tamu untuk larut bersuka ria dalam menyambut berita bahagia. Melihat undangan ini benar-benar mengingatkanku akan mimpi masa lalu. Hingga akhirnya aku melihat nama calon pengantin yang tertera, seketika itu aku tersadar. Dugaan yang mati-matian kutepis menjadi nyata.


Galih Bimantara Putra dan Marissa Jenar Rahayu.


Sekarang aku mengerti. Tidak ada Galih lain yang Nadia maksud. Hanya dia—mantan kekasih yang memutuskanku sebulan lalu.


Aku tersenyum kecut. Tidak bisa kusembunyikan luapan perasaan saat ini. Ya Tuhan ini terlalu cepat. Hatiku bergemuruh tak menentu. Aku cemburu tapi tiada kuasa. Aku tak rela ini terjadi kepadaku. Kenapa mantanku itu harus menikah secepat ini dan mendahuluiku begitu saja? Tampak seperti aku yang tak bisa move on dan belum cukup kuat untuk mendapat pengganti dirinya. Sungguh aku tidak rela jika ini benar-benar terjadi padaku.


"Wah, selamat." Hanya itu kalimat yang mampu keluar dari bibirku dibalik semua keterkejutan. Sebenarnya aku tak ingin percaya begitu saja. Bisa saja ini hanya prank yang sengaja dibuat Galih dengan bantuan Nadia.


"Tapi kamu sedang tidak bohong kan, Nad?" tanyaku kemudian.


"Aku?" Nadia menunjuk wajahnya sendiri, "bohong? Untuk apa, Nik?"


"Ya bisa saja kalian sedang menyiapkan kejutan untukku," dalihku sembari tetap berharap bahwa semua ini hanyalah prank semata.


"Kejutan?"


"Iya kejutan, seperti prank yang sering dilakukan para youtuber."


"Astaga, Nika! Demi apa cuman buat prank kamu sampe ngajakin Teh Icha segala, kamu pikir itu semua gampang?


"Liat undangan itu, langsung dari Instagram Galih. Aku tau kamu ngga bakal bisa liat sendiri karena diblokir kan sama dia?"


Benar juga, semua akun media sosialku telah diblokir Galih, otomatis aku tidak pernah tahu lagi setiap detail kehidupannya yang selalu diumbarnya.


Aku pun kembali fokus pada ponsel Nadia yang masih dalam genggaman. Lututku lemas seketika melihat undangan digital tersebut baru saja diunggah oleh Galih sejam yang lalu. Komentar bertuliskan emoji hati berwarna merah menyala dari seseorang yang bernama Marissa Jenar Rahayu, membuatku harus percaya bahwa undangan itu bukan sebuah prank semata.


Lihat selengkapnya