Terjebak Nostalgia

Ranu Kaswari
Chapter #7

Bara

Dwika mengernyitkan dahi setelah Alana menyelesaikan sebagian ceritanya. Ada nama lain yang menarik perhatiannya. Bara. Siapa cowok itu? Sejak kapan Alana mengenalnya? Mengapa ia tidak pernah tahu tentang Bara?

Prok Prok Prok...

Dwika bertepuk tangan. Sementara itu, Alana bingung mengapa pria di hadapannya ini bertepuk tangan. Responnya jauh dari apa yang ia bayangkan. Jika orang lain yang mendengar ceritanya, mungkin mereka akan berempati dan memberinya semangat. Tapi, respon Dwika sungguh di luar dugaan. Ia memang berbeda dari yang lain. Mungkin itu juga yang membuat Alana pernah begitu mencintainya, karena ia berbeda.

“Kok kamu malah tepuk tangan sih? Maksudnya?” tanya Alana.

Dwika tersenyum sinis. “Hidup kamu drama banget. Alana, Queen of Drama from Indonesia.” Lalu terkekeh geli.

“Aku bukannya drama.” memanyunkan bibirnya, “tapi, perasa.” lanjutnya membela diri.

“Nggak ah. Kamu drama. Bukan perasa.” Dwika teguh dengan pendapatnya tentang mantan kekasihnya ini yang memang gemar sekali drama.

“Dulu, waktu kita putus juga itu drama banget. Kamu ingat kan?” Dwika mengulik masa lalu yang sudah lama Alana kubur. Membuat Alana mengingat kembali kejadian dua tahun yang lalu. Membuka kembali luka yang belum lama kering.

“Dih, apaan sih? Nggak usah bawa-bawa masa lalu deh.” Alana mendengus kesal. Memalingkan wajahnya, enggan menatap laki-laki di depannya. Setiap ia mengingat kembali hal itu, bayangan tentang Dwika selalu menghantuinya untuk beberapa hari bahkan pernah hampir sebulan. Ia baru bisa lupa lagi saat ia benar-benar tenggelam dalam kesibukannya.

“Btw, aku boleh nanya nggak?” tanya Dwika dengan hati-hati.

“Mau nanya apa?” Alana menjawab dengan enggan, masih memalingkan wajah.

“Bara itu siapa? Kok aku nggak tahu.” Dwika penasaran dengan anak lelaki yang satu itu. Sepertinya ia begitu dekat dengan Alana. Tapi, Alana sama sekali tidak pernah mengenalkannya dengan Bara.

Alana beralih menatap Dwika. “Bara itu teman sekolah aku. Aku udah lama kenal sama Bara.”

“Terus...” Dwika ingin Alana melanjutkan ceritanya. Ia ingin Alana menceritakan segalanya tentang Bara dan hubungannya dengan Alana.

Gadis manis itu menarik napas panjang. Sebelum akhirnya melanjutkan ceritanya.

“Jadi gini ceritanya...”dongeng kecil pun dimulai dari sini.

***

Sudah hampir pukul tujuh. Upacara bendera pun akan segera di mulai. Alana berlari menyusuri koridor sekolah menuju lapangan tengah. Ia buru-buru mengenakan topinya sambil berlari menyamping. Melihat gambar dirinya di kaca ruang kelas. Memastikan topinya terpasang pada posisi yang sesuai. Tidak memperhatikan jalan di depannya membuatnya bertabrakan dengan seorang anak laki-laki yang berlari berlawanan arah dengannya.

Brugg...                                                                

Kedua tubuh itu sama-sama terhuyung ke belakang. Anak laki-laki dengan rambut masih berantakan berada di depannya. Ia adalah teman sekelasnya yang hampir satu tahun sekelas tidak pernah menegurnya. Alana belum pernah berani menyapa anak laki-laki yang selalu berpenampilan berantakan seperti itu. Lagi pula, Alana memang bukan tipe orang yang senang menyapa lebih dulu.

Lihat selengkapnya