Terjerat Sugar Baby

Rita Cisan
Chapter #1

1. Pesan Ibu

“Selama kuliah di kota, jangan macam-macam ya, Zy. Ingat, belajar yang serius agar cepat lulus dan cepat kerja,” pesan Ibu dengan penekanan suara pada Uzy.

 

“Iya, Bu,” jawab Uzy takzim.

 

“Kamu beruntung Paman Ali mau membiayai kuliah di kota, jadi kamu bisa cari kerja yang lebih baik. Jangan sekadar jadi buruh pabrik macam teman-temanmu,” Ibu mengingatkan kembali.

 

Uzy mengangguk-angguk paham. Sambil memberi petuah, tangan Ibu cekatan memasukkan hasil panen kebun kecil mereka ke dalam kotak kardus bekas air mineral. Ada pisang, sawi, dan salak. Semua itu oleh-oleh yang akan dibawa Uzy untuk Paman Ali di kota.

 

Lilis, adik Uzy yang berumur empat belas tahun, dengan cekatan membantu Ibu memasukkan barang-barang ke dalam kardus. Gadis remaja tanggung itu adik Uzy satu-satunya. Ayah Uzy meninggal ketika Lilis berusia dua tahun.

 

“Ingat, selama tinggal dengan Paman kamu harus tahu diri, Zy. Jangan banyak menuntut, membantu sebisa mungkin, dan ikuti aturan dari Paman,” tambah Ibu lagi.

 

“Baik, Bu,” sahut Uzy untuk kesekian kali.

 

Hasil bumi selesai dikemas. Uzy membantu Ibu menutup dan mengikat kardus itu dengan tali rafia. Di sebelah kotak kardus, teronggok satu tas ransel lusuh dengan isi yang tidak terlalu penuh. Tas ransel itulah yang akan dibawa Uzy ke kota, isinya barang-barang keperluan sehari-hari. Baju dan celana beberapa helai, lengkap dengan pakaian dalam, peralatan mandi, dan sepasang sepatu baru.

 

Persiapan selesai. Uzy meraih tas ransel di lantai dan menyandangnya di punggung.

 

“Uzy berangkat dulu, Bu. Doakan Uzy selalu,” ujar Uzy seraya mengambil tangan Ibu untuk dicium.

 

“Tentu, Nak. Ibu selalu mendoakanmu. Ibu berharap besar padamu. Setelah lulus, kamu segera cari kerja dan bantu Ibu membiayai sekolah Lilis,” sahut Ibu.

 

“Ya, Bu. Uzy janji akan belajar baik-baik agar bisa segera membantu Ibu membesarkan Lilis,” kata Uzy sambil mengacak rambut Lilis yang berdiri di sebelah Ibu.

 

Gadis itu tersenyum dan mencium tangan kakaknya.

 

“Hati-hati di jalan, Mas,” kata Lilis lirih.

 

“Uzy berangkat, Bu. Assalamu’alaikum,” pamit Uzy sambil berbalik pergi ke luar rumah.

Lihat selengkapnya