TERKATALIS

diatama
Chapter #3

1B: Ikrar di Air Terjun

Dikpat militan plus medan Coban Sewu yang membutuhkan perjuangan keras mempererat solidaritas 23 anggota magang. Teledor sedikit nyawa bisa melayang. Kini mereka berbaris rapi dalam empat shaf, di hadapan Badan Pengurus Harian (BPH) baru. Nuansa eksotis Coban Sewu apik menjadi latar. 

Ligan, Pemimpin Umum (PU) baru adalah ujang Sunda separuh Tionghoa. Steven, Pemimpin Perusahaan (PP) ganteng sumpah, blasteran Indonesia-Korea dan mirip Luciel Choi Mystics Messenger. Made, Pemimpin Redaksi (Pemred) memiliki mata belo yang ekspresif seperti penari Bali. Sekretaris Umum (Sekum), Elisa, lembut tulen made in Solo. Raponji di namanya sebenarnya singkatan dari Rabu Pon tanggal siji. Image Bendahara Umum (Bendum) cewek yang pintar keuangan tidak berlaku di sini. Dharma lebih disiplin lebih dari perempuan Katalis mana pun (ditambah lagi, catatannya rapi!). Posisi struktural Elisa dan Dharma berada di bawah Steven, sehingga PU hanya memiliki dua tangan, atau lebih populer disebut penerapan asas firewall. Tujuan pemisahan perusahaan dan redaksi adalah memperjelas ranah, memberi batasan produk perusahaan dan redaksi untuk menjaga kredibilitas dan independensi. 

Di baris kedua sebelah kanan berdiri para Kepala Divisi (Kadiv). Khadijah, Kadiv Sumber Daya Manusia (SDM) kerap menundukkan pandangan ketika bicara. Kerudung lebarnya berkibar anggun tiap tertiup angin. Tedjo, Kadiv Hubungan Masyarakat (Humas) adalah pria tinggi besar hitam namun senyumnya jauh dari kesan preman. Bagas, Kadiv Penelitian dan Pengembangan (Litbang) memiliki indera ke-6 yang kadang meresahkan para Katalisator (sebutan untuk anggota biasa LPM Katalis). Rose, Kadiv Marketing dan Sponsorship (Marship) adalah perempuan mungil berwajah lancip namun bersuara lantang. Selain kadiv, ada satu lagi yaitu Penasehat Perusahaan (PenPe) bernama Lucas. Dahinya lebar, kacamatanya tebal, tapi anehnya jauh dari kesan culun. Kabarnya, si Jenius ini akan mengikuti pertukaran mahasiswaatau penelitian atau semacamnya itu ke Jerman.

Baris kedua di sebelah kanan Ligan diisi para redaktur. Ibnu, Redaktur Media Cetak bergelar Katalisator Terwoles periode lalu. Bahkan di momen formal seperti ini, ekspresinya paling santai. Cindy, Redaktur Media Daring memakai kacamata berbingkai violet dan bando yang senada dengan warna kacamatanya. Jika PP memiliki penasehat, Pemred memiliki wakil. Helena, Wakil Pemred (Wapemred) berdarah campuran Batak dan Belanda. Ia bermata biru keabu-abuan.  

Alur kehidupan di Katalis adalah rekrutmen saat musim maba, Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar (PJTD), magang, dan Dikpat. Saat magang, terdapat pergantian kepengurusan. Setelah Dikpat, anggota magang resmi menjadi anggota tetap. Total waktu persiapan hingga menjadi anggota tetap hanya satu semester, berbeda dengan sebagian LPM lain yang mencapai setahun. Alur ini baru berjalan selama sebelas dari 48 tahun bereksistensinya Katalis. Anggota tetap dikatakan sebagai anggota biasa, yang meliputi demisioner, BPH, dan anggota tingkat satu. 

Apa yang kalian dapat dari satu semester magang ini? Ligan buka suara. 

"Saya dapat banyak pengalaman berharga," tanggap Felix dengan kecepatan di atas rata-rata karena terlalu antusias, padahal kecepatan normal Felix sudah over. 

"Hah?" spontan Elisa mengatakannya. Untung pelan.

"Yang lain," timpal Steven tegas. 

"Ikatan dan kedewasaan. Teman-teman dan kakak-kakak sudah seperti saudara saya sendiri." Sekarang Pandu yang menjawab. Dua anak ini memang menonjol selama Dikpat. 

"Materi apa yang kemarin Kak Victor jelaskan?" tanya Made. 

"Totalitas, loyalitas, dan integritas." Lagi, Pandu yang menjawab. 

BPH belum puas karena yang bersuara baru itu-itu saja. 

"Apa elemen kesembilan jurnalistik?" tanya Made.

"Hati nurani. Elemen ini menjaga delapan elemen lain," tukas Xion. Badannya kotor karena jatuh di perjalanan. 

"Ada 23 manusia di sini, 23 otak .... Ada yang hafal satu saja Kode Etik Jurnalistik?!" sentak Ligan kalem tapi tetap mengintimidasi. 

Kode Etik Jurnalistik. Sebelas pasal patokan. Landasan moral dan etika profesi dalam menjaga kepercayaan publik dan profesionalisme. Kali ini semuanya diam, termasuk Dayu, maba Fakultas Kedokteran yang memenangkan sesi menulis artikel di hari pertama Dikpat. 

Kiral agak gugup mengangkat tangannya. Atributnya warna-warni, sebagian besar hasil pinjam sana-sini. Kerpus belang biru-sian-hijau, masker oranye bergambar jeruk, syal merah ala Tateyama Ayano, sarung tangan ungu berbulu, jaket silver dengan corak kuning lembut, celana training hitam, dan sepatu putih bercorak serta bertali kuning kotor. Rambut ikalnya lepek dan berdebu. Tidak ada BPH yang kepikiran bahwa Kiral akan mengangkat tangan.

"Sa-saya, Kak," cicit Kiral dengan suara bocah.

Ligan ingin lebih sangar lagi tapi tidak tega. Ekspresi mukanya itu, Dik. Tolong dikondisikaaan.

Lihat selengkapnya