It's the possibilty of having a dream come true that makes life interesting - Paulo Coelho
¤¤¤
Lamaran ?
Lamaran !!
Tidak. Ini terlalu cepat. Raisa mengulingkan badannya ditempat tidur. Kemudian membangunkan badannya sambil memeluk guling miliknya.
"Tidak Yaya. Inilah yang kau inginkan sejak dulu! Menikah dengan cinta pertamamu yang akan segera menjadi cinta terakhirmu." Ia mulai berbicara dengan dirinya sendiri dan terus menyakinan hatinya. Setelah beberapa tahun yang dilaluinya dengan kehidupan yang biasa saja, kini mulai menjadi sangat menarik. Ia bahkan belum menghabiskan waktu 24 jam dikediamannya.
Keesokan paginya, ketika Raisa hendak sarapan pagi, ia sudah melihat Hamish sudah duduk dimeja makan beserta kedua orangtuanya. What !? bukankah ini terlalu pagi untuk dia datang. Raisa mencoba memberikan senyuman terbaiknya pagi itu.
Disepanjang perjalanan tak hentinya jantung raisa berdegug kencang. Hanya berduaan dengan Hamish membuatnya tidak fokus dan salah tingkah. Oh my God, oh my God.. pikiran Raisa melayang jauh memikiran kapan terakhir kalinya ia hanya berduaan saja dengan Hamish. Namun suara Hamish membuyarkan pikirannya.
" ..Apa saja kegiatanmu biasanya disana selain kuliah yaya?"
Sebelum menjawab, sekilas dia mencoba memikirkan kembali kegiatannya selama berada di NY. "Hmm, tidak banyak.. selain kuliah aku hanya melakukan pekerjaan kecil saja. Dan sesekali berjalan-berjalan bersama teman."
"Ku dengar kamu juga bekerja paruh waktu disana ? pekerjaan apa yang kamu lakukan."
" Ah ya, hanya untuk mengisi waktu luang. Itu.. aku membantu temanku dalam menulis script untuk periklanan di sana."
"That's good." Hamish tidak menyangka ternyata seorang Raisa yang tampak dari luar seperti anak manja orang kaya pada umumnya namun bisa mandiri juga, bahkan ia bekerja paruh waktu.
Hari itu, Hamish mengajaknya pergi ke berbagai tempat. Dari mulai cafe dan tempat tongkrongan favoritnya. Bahkan ketika tak sengaja bertemu dengan teman-temannya Hamish, Raisa juga diperkenalkan. Perlahan-lahan Raisa mulai terbawa suasana, rasa gugup dan saltingnya mulai berkurang. Pada dasarnya, Hamish memang memiliki pribadi yang baik dan friendly kepada siapapun. Karena sifat itulah yang membuat Raisa semakin jatuh hati pada Hamish.
"Hei Hamish. Gimana kabarnya ? ku dengar diberita kalau-"
"Baik kawan. Semua baik-baik saja." Dengan cepat Hamish menjawab, tidak ingin temannya mengungkit masalah perusahaan didepan Raisa.
"Baguslah. Sama siapa kesini ?"
" Kenalin ini Raisa. Dia baru balik ke Indo, jadi ya aku ajak keliling sebentar." Ujar Hamish memperkenalkan Raisa. Dan langsung disambut Raisa.
"Apa kamu sekarang sudah mulai menetap disini Steve?"
" Ya, lagi mencari peluang usaha disini. Atau nggak, kita bisa bekerja sama..haha"
"Haha.. Who's know kawan. Boleh juga kalau kamu punya ide yang bagus."
Sekalipun Raisa hanya menghabiskan waktunya dengan mendengarkan obrolan mereka, namun ia tetap senang dengan hanya memandang pria yang ia cintai didepannya. Anugerah dan kesempatan yang berikan padanya sampai sekarang yang ia tidak percayai. Seakan bisa membaca pikiran Raisa, Hamish tampak tersenyum singkat ke arah dia. Huft.. refleks ia mengambil minuman yang ada didepannya dan meneguknya dengan cepat.
"What's up man.. Ada yang lucu kah?"
" .. Nope, sorry." Hamish menutup mulutnya yang sedang berpura-pura batuk.
*******