TERLANJUR MENCINTA

L.W
Chapter #5

Chapter 4

"Jadi dia adalah pilihan kamu?"

Hamish mendengus.

"Tidak ada pilihan yang bisa ku pilih Nadine."

"Apa kau menyukai dia.."

"Tidak ada wanita lain yang ku sukai sampai saat ini kecuali kamu." Pengakuan Hamish yang membuat Nadine senang namun menambah luka dihatinya.

" ... tidak bisakah menyelesaikan masalah perusahaanmu tanpa menikahi dia.." Suara Nadine mulai bergetar tak mau menerima keputusan yang sudah ditetapkan Hamish.

" ... tidak. Semua sudah kuceritakan sebelumnya padamu Nadine."

Hamish mengusap wajahnya lelah. Seandainya jika dia bisa memutar balikan waktu, maka ia akan memutar kembali waktu ketika dimana dia harus menolak persahabatan, tidak bahkan ia akan menolak perkenalan dengan Albert. Tapi itu hanyalah pengandaian yang sia-sia, nyatanya sebagai seorang anak laki-laki semata wayang dikeluarga, dia tidak mungkin serta merta meninggalkan kesalahan yang telah ia perbuat dengan membebankan kedua orangtuanya. Setidaknya, dengan menikah dengan Raisa itu adalah salah satu bakti atau membalas kebaikan dari kedua orangtua yang sangat ia sayangi. Walapun ia harus mengorbankan wanita yang ia cintai didepannya.

Tubuh Nadine semakin bergetar, isak tangis yang ingin ditahannya akhirnya tidak bisa ia bendung lagi. Rahang Hamish mengeras, tangannya merangkul tubuh Nadine dan memeluknya erat.

"Maafkan aku."

Hamish membawa tubuh yang lemah itu, menuntunnya ke kamar tidur minimalis milik Nadine. Hanya dengan hitungan hari, ia akan segera menikah. Dan Hamish benar-benar ingin menyelesaikannya tanpa ada ketidakpastian dimasa depan. Ia juga ingin Nadine bahagia, walaupun didalam hati kecilnya mungkin ia belum siap bila nanti suatu hari melihat Nadine bersama dengan pria lain. Tidak, dia tidak ingin atau bahkan membayangkannya.

"Istirahatlah.." Ucap Hamish mengusap rambut Nadine dan juga ingin mengakhiri pertemuan mereka saa itu.

"Aku akan menunggu." Ketika Hamish hendak pergi. Tiba-tiba Nadine beranjak dan memeluk Hamish dari belakang.

"... "

"Aku akan menunggumu Hamish." Ulang Nadine. Mengukuhan ucapannya sekali lagi.

Hamish memejamkan kedua matanya. Memegang kedua tangan Nadine yang memeluknya erat. Ia mencoba melepaskan lengan Nadine dan menenangkannya. Hamish mengerti, saat ini kedua akal pikiran baik Hamish atau Nadine sudah sama-sama lelah dan emosional sudah menguasai mereka.

Hamish mengecup kening Nadine dalam. "Tidurlah." Hamish menemani Nadine malam itu sampai ia tertidur.

Lihat selengkapnya