Buku catatan itu kembali terbuka di pangkuan Edi. Halamannya sudah mulai menguning, sementara sebagian sudut lembarannya tampak kusam karena sering disentuh. Di pojok kanan atas halaman terbaru, Edi menulis:
“Angga Pratama, Si Ganteng Kalem.”
Ia menorehkannya pelan, namun dengan tekanan yang kuat, meninggalkan goresan tinta yang sedikit tebal.
Bukan rahasia lagi bahwa Edi punya cara kerja seperti seorang investigator bayangan. Ia tidak pernah bertanya secara langsung kepada siapapun tentang targetnya. Ia tidak suka melibatkan mulut orang lain dalam rencana yang sedang ia susun. Semuanya serba mandiri, rapi, dan yang terpenting, tidak mencolok.
1. Menyusun Catatan Baru
Di meja yang sempit itu, diterangi lampu pijar murahan yang redup, Edi mulai mencatat:
• Jam bangun Angga: 08.30–09.00 (perkiraan).
Catatan: Angga hanya sesekali upload story pagi-pagi. Biasanya story pertama adalah kopi atau perjalanan ke sebuah lokasi syuting ringan.
• Aktivitas saat tidak membuat konten:
Nongkrong di kafe-kafe, di sekitar Rangkas, ngobrol dengan dua sahabatnya: “Andi” dan “Putra”. Mereka fotografer amatir.
• Peralatan konten yang digunakan:
Ring light ukuran besar, microphone clip-on tua tapi masih berfungsi baik, tripod aluminium warna silver, dan satu kamera mirrorless yang sering ia banggakan.
• Tempat tinggal:
Rumah sewa di kawasan Rangkas, letaknya di Muara Ciujung, tidak jauh dari deretan kontrakan tua. Lokasi cukup sepi.
Edi menggambar sketsa kecil dari rumah sewa itu berdasarkan foto yang pernah muncul di salah satu postingan Angga. Rumah itu biasa saja: pintu kayu, jendela kaca yang selalu tertutup tirai, dan teras kecil yang jarang sekali difoto.
Di samping sketsa, ia menambahkan sebuah tanda lingkaran besar. Lalu ia menuliskan satu kata: “Akses.”
Edi punya kemampuan yang tidak dimiliki banyak orang di lingkungan kerjanya: kesabaran ekstrem. Ia bisa mengamati seseorang tanpa terlibat, tanpa meninggalkan jejak, dan tanpa memberi sinyal bahwa ia sedang memperhatikan.
Ini adalah alasan mengapa catatan-catatan di bukunya selalu begitu akurat. Ia mulai memetakan pola unggahan Angga: