Terminal Lama

Topan We
Chapter #21

Korban Ke 2 - CAU-Pertemuan

Kematian Angga menyebar begitu cepat ke berbagai penjuru, khususnya wilayah Rangkas dan sekitarnya. Dalam hitungan jam, seluruh kota Lebak membicarakan tragedi itu. Di kios-kios terminal lama, di mana para sopir biasa bercanda sambil menyeruput kopi sachet, nama Angga menjadi topik utama.

"Ceunah mah tutung, lur..." - “Katanya gosong, Bro…”

"Live streaming bae ieuh...akhirna listrik nyamber." - “Live streaming aja sih… akhirnya listrik nyamber.”

"Karunya amat nyah, si eta." - "Kasian amat yah, si itu.”

Para pedagang sayur, tukang ojek, hingga mahasiswa yang lewat pun mengulas ulang berita yang sama. Artis lokal yang cukup dikenal itu meninggal dengan cara mengenaskan, dan publik akan cepat menyebarkan berita semacam itu.

Di showroom Abadi Jaya Rangkas, suasananya tak kalah riuh. Pian, Nia, Pak Ade, dan beberapa karyawan lain pun ikut membahas kematian Angga sambil bekerja, mencocokkan kemungkinan yang mereka dengar dari gosip jalanan dan media lokal.

Namun, siang itu, perhatian semua orang di showroom beralih kepada satu hal yang benar-benar tak terduga.

Seorang Mahasiswi Mencari Edi.

Pintu kaca showroom terbuka. Masuklah seorang perempuan mengenakan kemeja putih dan jeans biru muda. Cantik, anggun, membawa tas jinjing kampus, sangat mencolok dibandingkan pelanggan yang biasanya datang ke showroom itu.

Pian melirik Nia. Nia menoleh ke Pak Ade. Pak Ade mengerutkan kening.

Perempuan itu mendekat ke meja admin.

"Punten... apa ya nu namina Edi didieu?" - “Permisi… apakah di sini ada yang bernama Edi?” tanyanya dengan suara lembut.

Semua orang spontan terdiam. Nama itu disebut, dan yang muncul hanya satu reaksi: heran.

Pian memicingkan mata.

"Edi Permana sanes, Teh?" - “Edi Permana bukan, Mbak?”

Perempuan itu tersenyum manis.

"Muhun. Abdi nuju milarian a Edi." - “Iya, benar. Saya sedang mencari a Edi.”

Lihat selengkapnya