Terminal Lama

Topan We
Chapter #22

Korban Ke 2 : CAU-Latar Belakang

Cindy Ayu Utami bukanlah tipe perempuan yang menjalani hidup dengan kemewahan atau keceriaan berlebihan. Ia bukan pula mahasiswi yang hidup dalam balutan perhatian keluarga atau dukungan penuh orang tua. Jauh dari itu, hidup Cindy justru berdiri di atas puing-puing rumah tangga yang runtuh sejak ia masih kecil, pusaran konflik, pertengkaran, dan keputusan-keputusan orang dewasa yang terlalu berat untuk dipikul seorang anak.

Kini, di usianya yang 21 tahun, Cindy telah menjelma menjadi mahasiswi semester 7 jurusan Bahasa Indonesia. Tinggal beberapa langkah lagi menuju wisuda. Sebuah pencapaian yang sebagian orang kira datang dari kemudahan, padahal diraih dengan penuh luka, kerja keras, dan keteguhan hati.

***

Cindy tumbuh dalam keluarga yang tidak pernah benar-benar utuh. Sejak usia sembilan tahun, perceraian orang tuanya menjadikan hidupnya berbelok arah. Ayahnya memilih menikah lagi, sementara ibunya larut dalam pekerjaannya dan jarang pulang. Cindy seperti tumbuh sendirian, di antara dinding rumah yang semakin hampa dan dingin.

Kehangatan yang biasanya diberikan keluarga pada masa-masa tumbuh kembang justru tak pernah Cindy rasakan. Ia harus belajar menerima bahwa perhatian tak selalu jatuh pada anak yang membutuhkannya.

***

Cindy bukan anak dari keluarga berada. Uang kuliah, biaya hidup, hingga kebutuhan kecil seperti pulsa internet, semuanya harus ia pikirkan sendiri. Beruntung, pintu kecil menuju masa depan terbuka ketika ia diterima di jalur beasiswa kampus.

Beasiswa itu menjadi napas pertamanya untuk hidup layak. Walau hidup tidak tiba-tiba menjadi mudah, setidaknya Cindy punya alasan untuk terus melangkah lebih jauh.

Di sela kesibukan kuliah, ia membantu berjualan produk temannya secara online. Dari situ ia mendapatkan uang tambahan, entah untuk membeli bahan kuliah, makanan, atau sekadar mengirimkan sedikit uang kepada ibunya ketika ibu tak punya cukup untuk kebutuhan bulanan. Ia tidak pernah mengeluh. Ia hanya jarang tersenyum. Baginya, bertahan hidup adalah rutinitas, bukan sebuah pilihan.

***

Lihat selengkapnya