Teror Rembulan Jingga

Djoana Jasmine
Chapter #2

Sang Bodyguard

“Pakai sabuk pengamanmu, bocah!” Perintah Jill dari balik kemudi. Di sebelahnya Luna mendengus kesal. Gondok karena diperintah-perintah dengan ketus oleh bodyguard barunya. 

Apa-apaan coba? Yang majikan siapa sebenarnya? Enak aja sok-sokan ngatur. Luna terus ngedumel dalam hati. Diliriknya gadis yang sedang serius menyetir di sebelahnya. Masih tak habis pikir bagaimana mungkin ayahnya bisa percaya penuh pada gadis bertampang imut ini untuk menjaganya? Bisa apa sih, dia? Paling cuma menang tampak galak.

Mazda merah yang dikendarai Jill melaju mulus dengan kecepatan sedang. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan. Luna meras seperti duduk dengan patung batu. Bikin mood-nya rusak. Apalagi tadi pagi dia berdepat dengan ayah dan kakaknya. Masih terkait perihal Jill. Bodyguard di sampingnya ini memang biang masalah. 

“Kenapa pake bodyguard segala sih, Yah?” Luna maluuu! Protesnya tadi saat sarapan. 

“Ya, biar ada yang jagain kamu. Lupa kamu beberapa kali nyaris diculik?” jawab Ayah tegas. Membuat Luna kehilangan alasan. Percobaan penculikan itu masih terbayang di kepal dan kadang-kadang membuatnya terbawa mimpi.

Tapi kenapa mesti dia sih? Ayah nggak tahu ya, kalo dia itu nyebelin? Sok galak, sok cool, ish!

“Terus kamu maunya siapa? Bodyguard berotot macam di teve-teve itu? Yang ngintilin kamu ke mana-mana?”

“Ya, nggak gitu juga.”

“Oh, atau Rain saja yang jagain kamu? Pake seragam polisinya? Suoaya kamu kayak tahanan kota, gitu?” Ayah menunjuk Rain yang baru muncul di meja makan. Sudah rapi dengan seragam polisinya. 

Luna merengut. Ayah memang tidak pernah bisa didebat. 

Luna sudah dua kali nyaris diculik. Ini terkait profesi ayahnya sebagai kepala polisi. ayah baru saja dilantik sebagai kapolda setahun lalu. Menggantikan kapolda yang mengundurkan diri. Banyak kasus yang berhasil diselesaikan ayahnya dalam masa jabatannya yang masih singkat. Tetapi sejak itu, ayah tak henti-hentinya menerima teror dan ancaman.

Ancaman itu tak hanya berlaku untuk ayahnya, tetapi juga seluruh anggota keluarga, tak terkecuali Luna. Gadis tersebut sudah berkali-kali memaksa ayahnya mundur, tetapi pria itu Ayah orang yang teguh pendirian. Apabila diberi amanat, maka Ayah akan menjalankannya dengan sebaik-baiknya. Ayahnya tidak akan berhenti sebelum masa tugasnya habis atau presiden sendiri yang memberhentikannya. 

“Udahlah terima aja. Udah bagus ada yang mau jagain. Lagipula Jill nggak kelihatan seperti bodyguard, kok. Dia bisa sekalian jadi temanmu,” timpal Rain.

Luna mendengkus. “Emangnya bisa apa sih, dia? Paling-paling sekali tentang langsung KO.”

“Jangan salah, dia itu sudah ikut pelatihan dasar kepengawalan di Tokyo. Sebelumnya dia malah pernah bergabung di kesatuan tentara wanita Rusia. tembakannya sekaliber sniper. Sebelum diminta menjadi pengawalmu, Jill pernah mengawal seorang putra perdana menteri Singapura,” terang Ayah lagi. Masih berkeras memaksanya setuju dikawal. 

Luna hanya mengangkat bahu. Kalau Ayah suah bertitah, mau ngomong apa juga percuma. Tentu saja Jill mungkin hebat bla, bla, bla dan segala macam. Tapi tetap saja sifatnya menyebalkan. Sok ngatur, kaku, dingin, dan galak.

Luna mangkel berat. Penasaran juga dia, bagaimana perasaan anak perdana menteri Singapura yang sebelumnya dikawal Jill. Jangan-jangan dia sudah lompat dari menara saking frustasinya sama sikap si bodyguard kerempeng satu ini.

Lihat selengkapnya