Haikyuu © Furudate Haruichi
Yunna tidak percaya, ia melemparkan apa saja yang berada di sekelilingnya, tidak dapat mempercayai apa yang barusaja ia dengarkan dari tunangan tersayangnya. Bahwa mereka harus menikah secepatnya karena pria itu ingin menutupi fakta bahwa ia tidak bisa bersama dengan perempuan. Ia berjalan keluar, membanting pintu rumah mewahnya dengan tidak tahu diri. Toh, yang membeli rumah itu mantan tunangannya untuk diberikan kepada sang terkasih.
Ia duduk di pekarangan, meremas jaketnya begitu erat dengan tubuhnya yang gemetar karena menahan isakan. Manik mata hitam kebiruannya melihat secercah cahaya menyilaukan terarah padanya, ia yang kesal pun beranjak dan mendekati sumber cahaya.
"Yun? Kamu kenapa malem-malem diluar?"
Ah, itu adik dari mantan tunangannya.
"Masuklah, kamu mencari Aki-san bukan?" Kata nya, ia kembali duduk di pekarangan sembari meremas kuat botol yoghurt yang tadinya ia beli untuk diberikan kepada - Akiteru - mantan tunangannya. Tentu ia meratapi hidupnya yang tiba-tiba melarat. Namun, sentuhan dingin di pipi menyeruak ke sekujur tubuhnya.
"Apalagi?"
"Kalian ada masalah? Kenapa kayak anak kecil sih berantemnya"
"Bukan uru--"
"Kenapa waktu itu kamu ga milih nikah sama aku aja?" Yunna melotot, ia mencengkeram kerah kemeja erat dengan giginya yang bergemeletuk. Matanya berkilat marah karena ia dengan secara tidak sengaja tahu bahwa Kei - adik tunangannya - ini tahu tentang hubungan gelap sang kakak.
"Kau! Udah tau kakak mu itu tapi kenapa ga ngasih tau aku, hah? Kau pikir aku seneng apa."
Kei mengernyit, membuat remasan tangannya di kemeja Kei mengendur. Nampaknya Kei kira dirinya sudah tahu terlebih dahulu dan tidak peduli ketika keluarganya datang untuk menjadikan Yunna sebagai tunangan. Betapa bodoh dirinya, ia langsung merosot dengan buliran manik menetes dan melebur di tanah. Suara derap kaki membuat ia mau tak mau beranjak, ia memalingkan wajahnya.
"Kei? Kamu mau jenguk kakak ya? Ayo masuk dulu."
"Kenapa?" Kini Akiteru yang mengernyit, ia menatap Kei heran, walaupun sudah terbiasa dengan perubahan sikap Kei ketika anak-anak dengan remaja adalah dingin kepadanya namun kali ini sedikit berbeda. "Kenapa Kei?"
"Kenapa kakak biarin Yunna diluar? Dimana nurani kakak ngebiarin cewek diluar malem-malem begini, sih? Apa karena pacar uke kakak itu kakak jadi ngusir Yunna?"
"Kei, kita udah sering ngomongin ini."
"Tapi kakak baru sekali ngomongin ini sama Yunna, apa wajar dia di jadiin tunangan keluarga Tsukishima tanpa tahu apa-apa tapi baru di kasih tau alasannya sekarang. Apa alasannya? Kakak mau Yunna jadi tameng kakak, biar orang ngira kakak cowok sempurna karena punya segalanya?"
Karna tiada balasan dari sang kakak, Kei pergi keluar menemui Yunna. Kei menarik Yunna untuk mendekat, ia memeluk perempuan tersebut dengan satu tangannya. Hangat, kira-kira begitulah yang Yunna pikirkan ketika berada di dalam pelukan Kei. "Ayo, ikut aku aja."
Yunna tidak bergeming, ia hanya menatap Kei dengan tatapan kosong. Tanpa tahu bahwa langkah kakinya mengikuti Kei dari belakang. Yunna berharap bahwa setelah hari ini, sesuatu yang indah akan datang bertubi-tubi pada dirinya.
***
Yunna berjalan tiada minat, sepertinya Akiteru pulang ketika ia sudah terlelap, biarlah saja karena itu urusan pembantu di sini. Manik nya menelusuri setiap piring yang tertutup, mencari-cari lauk yang dapat ia makan. Tentu saja tidak ada. Membuat Yunna semakin kesal.
"Bibi. Bibi!"
"Iya nyonya.."
"Ini kenapa kosong? Kan aku udah pesen selalu siapin kari buat aku sarapan, bi."
"Maaf nyonya, sebenernya saya.." Yunna mulai tak sabaran, ia mendekati bibi tersebut, mulutnya barusaja ingin melontarkan pertanyaan namun Akiteru keluar dari kamar mandi. Membuat keduanya terdiam. "Saya yang suruh, jangan berisik ah pagi-pagi juga."
"Ya." Yunna kembali menaiki anak tangga, menuju lantai dua yang memang dibuat khusus untuk dirinya, merebahkan diri dengan tatapan yang terpaku pada langit-langit yang penuh gemerlap cahaya. Tangannya terulur. Mulai mempertanyakan apakah benar ada bantuan bagi sesiapapun yang tabah dalam menahan diri?
Malam tiba dan nyonya rumah mereka tidak keluar sama sekali dari bilik, pembantu di sana mulai resah karna majikan mereka tak kunjung menampakkan diri setelah kejadian tadi pagi. Mereka tahu betul bahwa nyonya mereka adalah orang yang sensitif, apalagi penyebabnya karena Akiteru. Membicarakan Akiteru saja sudah membuat perut Haruka mual, apalagi melakukan kontak fisik dengan pria sok sempurna itu.
Tidak ada satupun pembantu yang berani menaiki anak tangga ke lantai dua, seakan-akan tempat itu terlarang bagi mereka, perlakuan mereka membuat Yunna semakin mengisolasi diri. Ia tidur seharian di ayunan kayu, posisinya yang berada di balkon membuat Yunna lebih leluasa untuk mengawasi penghuni bawah. Tangannya menempel di besi balkon, sedangkan tatapannya menajam setiap kali melihat Akiteru pulang dengan membawa seorang pria berambut jabrik dan mata aneh. Benar, dia pasti pacar terkasihnya Akiteru.