Terpikat Pesona Berondong Targetku

Brille23
Chapter #2

Chapter 2 | Pertemuan pertama dengan sang target

Sepulangnya dari kantor Chris, Wendy langsung mengurung diri di ruang kerjanya yang sangat dipenuhi oleh kertas-kertas dan benang-benang merah yang ditempel di dindingnya. Kertas-kertas itu merupakan berkas-berkas mengenai target-targetnya dan benang merah berfungsi sebagai penghubung antara target dengan hal-hal lainnya. Selain itu di ruang kerjanya terdapat beberapa senjata seperti pistol, katana, pisau, dan lain sebagainya yang tersimpan rapi dalam lemari kaca, sungguh ruangan yang sangat menggambarkan sekali seorang eksekutor.

Wendy duduk di kursi kebesarannya sembari membuka lembar demi lembar berkas informasi tentang targetnya kali ini, Reynold Clifford.

Wanita itu sangat sulit sekali untuk fokus mempelajari berkas informasi targetnya, karena matanya selalu teralihkan pada potret targetnya yang sangat menawan. Merasa terganggu dengan foto itu, ia lalu berdiri dan menghampiri tembok yang masih memiliki ruang kosong dan menempelkan foto targetnya di sana.

"Bagaimana cara untuk menangani pemuda ini?" gumamnya sembari mengusap foto yang baru saja ditempelnya.

Ia memandanginya sejenak, kemudian kembali ke tempat duduknya untuk mempelajari lebih jauh mengenai targetnya.

***

Sudah hampir 5 jam Wendy mempelajari informasi itu dan memikirkan langkah-langkah yang akan dia lakukan untuk mendekati pemuda yang menurutnya seperti orang yang keras kepala.

"Hm, sangat sulit sekali! Jika hanya membayangkan saja, Aku tidak bisa memikirkan apa-apa," gumamnya.

"Sepertinya Aku harus melihatnya secara langsung," sambungnya sembari membuka kembali berkas tentang profil singkat pemuda itu untuk menemukan alamat rumahnya dan kemudian menuliskannya di pencarian alamat di aplikasi maps di ponselnya untuk menemukan lokasi tepatnya.

Tanpa banyak berpikir lagi, Wendy langsung bergegas menuju ke ruangan pakaiannya untuk mengambil baju dan perlengkapan menyamarnya, karena ia hendak melihat sosok Reynold Clifford secara langsung.

Tentu saja untuk mempelajari targetnya ini ia harus sangat hati-hati karena seperti yang Chris katakan, dia orang yang sangat tajam, sedikit saja kesalahan, maka semuanya akan kacau, dan bahkan malah akan membuat Wendy terjebak olehnya.

Beberapa saat kemudian Wendy sudah siap dengan perlengkapan menyamarnya, dengan tambahan kacamata hitam yang dipakainya membuat penampilannya sekarang sudah benar-benar menutupi penampilan aslinya.

"Aku memang tidak terlalu pandai menyamar, tapi menurutku ini sudah cukup," gumamnya sembari memperhatikan bayangan dirinya di cermin.

Setelah itu ia langsung menaiki motor besarnya dan pergi menuju alamat yang sudah ia cari melalui aplikasi maps tadi untuk melihat targetnya secara langsung.

***

Sementara itu di kediaman Michael Clifford.

Detektif swasta jenius itu tengah duduk menonton siaran berita di televisi dengan ditemani secangkir kopi di tangannya.

"Berita ini lagi. Berita ini terus ditayangkan sejak tadi pagi, bosan sekali Aku melihatnya," komentar pria paruh baya itu.

Berita yang tengah ia lihat sekarang tidak lain dan tidak bukan adalah berita mengenai ditemukannya mayat seorang pria tanpa identitas di taman kota yang sebenarnya dia sangat tahu siapa pria itu.

"Hah~ sepertinya mereka sengaja melakukan itu untuk menakut-nakutiku," gumamnya lagi sembari tersenyum sinis di depan televisi.

"Hehehe, mereka salah besar jika mereka berpikir Aku akan terganggu dengan kasus murahan ini," sambungnya sembari cengengesan.

Mendengar cengengesan di malam yang sunyi ini, seorang pemuda masuk ke ruang keluarga, di mana sumber suara itu berasal.

"Berbicara sendiri lagi huh?" ucap pemuda dingin yang tampak sudah tidak heran dengan tingkah pria paruh baya itu.

"Apa yang kau tahu, Reynold Clifford, putraku?" ucapnya yang malah bertanya balik tanpa menoleh pada putranya itu.

"Maksudmu tentang hal besar yang tidak pernah ingin Kau ceritakan itu?" tanya pemuda yang bernama Reynold itu.

Michael hanya diam, tersenyum sambil memandangi televisi di depannya.

Reynold dengan wajah datarnya kemudian memperhatikan berita di televisi untuk mengetahui apa yang sebenarnya ayahnya tertawakan.

"Sepertinya mayat tanpa identitas itu ada hubungannya dengan alasan Kau cengengesan sendiri seperti orang gila," simpulnya setelah ia memperhatikan siaran berita yang sedang ayahnya tonton itu.

"Lalu?" tanya ayahnya seakan tengah memancing anaknya untuk menebak apa yang ia pikirkan.

"Hal itu lucu karena tidak ada hubungannya denganmu?" tanya Reynold memastikan.

"Hehehe. Betul, betul sekali! Mayat itu tidak ada hubungannya denganku, Rey, dia pantas mendapatkannya," jawabnya dengan senyum lebar yang tidak luntur dari wajahnya seperti seorang anak kecil yang sedang bersemangat akan sesuatu.

Meski sebenarnya Reynold masih tidak puas dengan jawaban ayahnya itu, ia pun tidak memperpanjangnya karena ia sudah tahu bahwa dia tidak akan mengatakan apa-apa lagi mengenai apa pun yang sedang ia pikirkan. "Sudahlah, makan malam sudah siap, makan dulu sana!" seru Reynold sembari berjalan menuju ke meja makan.

"Hahaha. Baiklah, mari Kita makan malam, ngomong-ngomong masak apa Kau kali ini, hm?" ucap Michael pada anaknya.

"Nasi goreng," jawab Reynold dengan singkat.

Michael Clifford hanya tinggal berdua dengan putranya Reynold Clifford di rumah sederhana dua lantai ini, istrinya meninggal setelah berhasil melahirkan Reynold 20 tahun yang lalu. Ia adalah seorang ayah yang sangat sibuk sehingga semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Reynold dan karena hal itulah ia menjadi anak yang serba bisa.

"Bagaimana hari ini, Rey?" tanya Michael pada anaknya di tengah makan malam mereka.

"Biasa saja," jawab Reynold atas pertanyaan yang selalu ditanyakan ayahnya saat makan malam itu.

"Oh baiklah, berarti Kau baik-baik saja," ucap Michael.

Mereka selalu seperti ini setiap makan malam, Michael bertanya dan Reynold menjawab, sangat langka sekali terjadi sebaliknya.

"Rey, tolong Kau kirimkan surat ini ke kantor pos sekarang!" seru Michael setelah mereka selesai makan malam.

"Iya, setelah Aku selesai membereskan ini semua," jawab Reynold dengan malas.

"Sekarang saja! Semua ini biar Aku yang membereskannya," ucap Michael.

Lihat selengkapnya