Karena di hari pertama perkuliahan tidak ada penyampaian materi perkuliahan, setelah selesai mengabsen dan memberi sedikit pengarahan, serta sesi tanya jawab, Martin pun akhirnya mengakhiri kelas.
Semua mahasiswa dan mahasiswi pergi meninggalkan kelas, terkecuali Wendy, karena ia diminta Martin untuk jangan dulu meninggalkan ruangan. Oleh karena itu, Wendy hanya duduk manis di tempat duduknya melihat satu persatu teman kelas melewati pintu.
Ia lalu mengalihkan pandangannya pada DPA-nya yang tampak sedang sibuk memeriksa ponselnya sembari menunggu semua orang meninggalkan kelas. "Hm, apa saja yang ingin dia bicarakan denganku ya?" pikir Wendy.
Ting!
Tiba-tiba ponsel Wendy berdering, pertanda sebuah pesan singkat baru saja terkirim padanya.
Menyadari hal itu, Wendy langsung mengambil ponselnya untuk mengetahui siapakah si pengirim pesan itu.
Setelah memastikannya seketika wajah manis gadis itu tertekuk, tampak sekali raut wajahnya sangat tidak senang dengan apa yang dibacanya.
"Semangat menjalani hari pertama sebagai seorang mahasiswi, Baby!" Seperti itulah isi pesan dari Chris, si pengirim yang mampu membuat suasana hatinya berubah menjadi sangat buruk.
Meski malas, Wendy pun membalas pesan itu karena hal itu adalah sebuah kewajiban baginya untuk membalas setiap pesan yang dikirim Chris walaupun pesan itu amat sangat tidak penting.
"Ya," balas Wendy dengan sangat singkat.
"Sedang ngambek pada kekasihmu, hm?" ucap Martin yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Wendy.
Sontak, mendengar suara yang tiba-tiba itu membuat Wendy kaget bukan main. Ia langsung menoleh pada pria yang berdiri di depannya dan tampaklah tampang ramah dosen itu tersenyum sembari memandanginya.
"Ah! Tidak Pak, ini hanya sebuah pesan dari orang yang sangat menyebalkan," sangkal Wendy dengan jantung yang berdegup begitu kencang karena saking terkejutnya.
"Santai saja, tak perlu gugup begitu, maafkan tadi Aku tidak sengaja melihat isi balasanmu," timpal Martin dengan santainya.
"Ti ... tidak apa-apa, Pak. Tapi benar Pak, dia ini bukan kekasih Saya!" Demi mendalami karakternya sebagai Bella Valentine agar sesuai dengan apa yang diinginkan Chris, ia pun bertingkah seperti mahasiswi polos yang cukup pemalu.
"Hahahaha, ya, ya, baiklah." Martin tertawa, lalu pergi membawa sebuah kursi dan menempatkannya berhadapan dengan Wendy, kemudian duduk dengan santainya di sana.
"Ngomong-ngomong, ada apa ya Bapak meminta Saya jangan dulu pergi?" tanya Wendy setelah ia melihat dosennya itu duduk dengan baik.
"Hm, sebenarnya tidak terlalu penting juga, sebagai DPA-mu Aku hanya ingin tahu mengenai mahasiswi baru ini," jawab Martin sembari memeriksa kembali ponselnya.
Wendy hanya diam memperhatikan pria yang tampak seperti sedang membaca sesuatu di ponselnya itu.
“Em, Pak, Saya –“
“Aku ingin mendengar tanggapanmu mengenai sesuatu, boleh kan?” sela pria itu setelah ia selesai dengan ponselnya.
“Tentu saja, Pak, tapi mengenai apa ya?” Wendy penasaran dengan permintaan yang tiba-tiba itu.
“Aku baru saja membaca sebuah artikel berita mengenai kasus ditemukannya mayat tanpa identitas di taman beberapa waktu yang lalu, Kau tahu kasus itu kan?” tanya Martin yang kemudian dibalas dengan sebuah anggukan dari Wendy yang sebenarnya sangat gugup. Tentu Wendy sangat gugup mengingat kasus itu sangat ada hubungannya dengan dirinya. Namun, karena wanita itu ahli dalam menyembunyikan perasaannya, ia pun tampak biasa saja menampakkan ekspresinya.
“Baguslah, bagaimana tanggapanmu mengenai kasus itu?” sambungnya sembari memasang tampang antusias menunggu tanggapan dari wanita itu.