Terpikat Pesona Bocil

kapten
Chapter #4

Dasar Childish! #4

"Hahahahaha....," tawa David menggelegar saat menyaksikan aksi Bocil Kematian kali ini. Sementara Rendra masih mempertahankan raut wajah yang datar kayak papan penggilasan.


Mereka memang sudah berada di lokasi ini, sejak gadis itu mulai mengamuk, dan membuat anak buah Rendra kewalahan.


"Jadi dia gadis bar-bar yang kau maksud itu?" tanya Rendra yang terus memperhatikan tingkah gadis itu dari jauh.


"Iya, Tuan muda. Gadis itu sejak dari kemarin selalu membuat kami merasa kesulitan. Dia selalu menolak saat kami mencoba membeli rumahnya, bahkan dengan harga 5 kali lipat," jelas David.


Rendra terus memperhatikan gerak-gerik gadis tersebut, yang kini terlihat sedang menaiki punggung salah satu anak buahnya.


Perasaan gue bayar mereka buat bikin itu gadis menjual rumahnya. Tapi ini kok jadi terkesan kayak lagi ngasuh bayi kingkong, batin Rendra merasa sedikit kesal.


"David, menurutmu apa tidak ada cara yang lain, supaya gadis itu menjual rumahnya kepada kita?" tanya Rendra.


"Maaf, Tuan Muda. Sejauh ini kami merasa sangat kesulitan untuk mencari cara, agar gadis itu melepaskan rumahnya,"


"Terlebih, Tuan Muda sendiri berpesan untuk tidak menggunakan jalur kekerasan, apalagi dia itu seorang perempuan, dan umurnya masih terlihat sangat muda," ujar David.


Rendra mengangguk pelan, "Kau memang benar, David."


"Tapi sepertinya ada 1 cara, Tuan Muda."


"Apa itu?"


David menatap ke arah Rendra dan tersenyum jahil. "Kenapa lo gak deketin aja dia, Ren. Lumayan kan lo dapat pacar, dari pada lo harus tunangan sama mak lampir itu.


"Rendra menatap balik ke arah David, "Lo mau gue bunuh, Vid?"


"Hahahaha....," David tertawa puas melihat raut wajah Rendra yang terlihat sangat kesal. Mereka berdua memang bersahabat sejak kecil. Ayah David pengabdi setia Keluarga Wilson. Dan kini David lah yang menggantikan tugas ayahnya.


"Jadi lo lebih memilih tunangan sama si Selvi gitu, Ren?" tanya David yang masih mempertahankan senyum jail.


"Lagi ya, mending lo pacaran aja sama itu gadis. Udah gue jamin hidupmu bakalan lebih berwarna. Ya cuma minusnya sediain aja stok obat sakit kepala 2 dus," lanjutnya sambil tertawa.


"Ogah gue pacaran sama bocil! Entar orang-orang malah ngira gue pedofil," balas Rendra merasa kesal.


"Yaelah, umur lo aja baru 30. Ingat Ren, umur hanyalah angka. Yang penting stamina malam pertama masih tetap terjaga. Iya kan?"


"Sekali lagi ngomong ngaco, gue bunuh lo sekarang juga! Mau?" ancam Rendra.


"Hahaha.... oke-oke gue ngerti."


"Dan bersikaplah formal terhadap saya!" perintah Rendra.


"Astaga, capek Ren! Kalau terus-terus ngomong, saya anda. Udahlah, lagi ini juga bukan di kantor, santai dulu ngapa."


Rendra hanya bisa menatap datar sikap David kepadanya. Jika bukan karena bersahabat dari kecil, mungkin udah dia bunuh ni anak.


"Woy, Om rambut landak!" terdengar suara yang membuat Rendra, dan David mengalihkan obrolan mereka.


Lihat selengkapnya