Letusan kembang api silih berganti menghiasi langit malam. Tepat di sebuah hotel ternama pesta ulang tahun Selvi sedang dirayakan.
Ayah Selvi, Lucas merupakan pebisnis yang bergerak di bidang properti. Ia merupakan CEO sekaligus pemilik Hotel Narendra, hotel tempat berlangsungnya ulang tahun putri tunggalnya.
Para kolega bisnis serta tamu undangan terlihat memenuhi aula hotel, yang sudah di dekorasi begitu cantik dengan nuansa eropa. Diiringi suara musik klasik khas eropa, berbagai hidangan tersusun rapi di atas meja, dan para pelayan yang sibuk membawa nampan berisi beberapa gelas anggur merah. Membuat semua orang yang disana larut dalam kemeriahan pesta malam ini.
Meski semua orang terlihat begitu bahagia, hanya satu orang yang sejak dari awal acara, terlihat muak melihat apa yang ada di hadapannya saat ini. Sorot mata orang tersebut menatap tajam ke arah depan. Tangannya meremas kasar seperti sedang menahan rasa kesal, dan amarah.
Walau tampilannya kali ini begitu tampan, dengan menggunakan setelan jas skinny fit, kaos turtleneck, dan gaya rambut faux hawk undercut. Namun faktanya semua terasa begitu palsu, hanya demi menuruti obsesi ayahnya.
"Ck, sial!" dia terus mengutuk dirinya sendiri karna terlalu lemah melawan ayahnya. Dan sekarang mau tidak mau ia seperti boneka, yang sedang dipaksa duduk dengan orang yang paling dia benci.
"Rendra sayangg.... liat sini dong kita foto bareng," pinta Selvi yang mengarahkan ponselnya untuk berswafoto.
"Lo aja yang foto gue ogah!" tolak Rendra dengan suara dingin.
"Ish, kok kamu gitu sih. Kamu gak mau foto bareng sama calon istrimu ini," bujuk Selvi dan mulai mengambil beberapa foto bersama Rendra.
Klik
Klik
Klik
"Sayanggg... liat ke arah kamera dong!" Selvi merengek seperti anak kecil, karena foto yang dia ambil, sama sekali tidak menunjukan wajah Rendra dengan jelas. Rendra yang sudah muak dengan ini semua memilih bangkit dari tempat duduknya.
"Kamu mau kemana?" tanya Selvi, namun Rendra tidak membalasnya, dan lebih memilih pergi keluar.
"Sayanggg... tungguin!" Selvi mengejar Rendra dengan bersusah payah, karna ia mengenakan gaun merah modern, dan high heels di kedua kakinya.
Sementara Rendra tampak tidak peduli dengan Selvi yang terus memanggilnya. Ia terus berjalan pergi meninggalkan aula hotel, dengan langkah cepat menuju area parkir kendaraan.
"Rendraa!!!" Selvi akhirnya berhasil mengejar Rendra yang kini sudah berada di samping mobil ferrari berwarna merah.
"Kamu kenapa sih main pergi gitu aja? Pestanya kan belum selesai sayang. Kamu mau kemana?" tanya Selvi.
Rendra memasukan kedua tangannya dalam saku celana. "Gue mau pulang," balasnya singkat.
"Gak boleh! Aku gak ijinin kamu pulang sebelum pesta ini berakhir," tolak Selvi.
"Apa hak lo buat larang gue. Hah?!" Rendra membentak dengan suara tinggi.
"Rendra! Sampai kapan kamu terus-terusan membentak ku. Aku ini cewek Rendra. Apa kamu gak bisa berbicara dengan nada lembut denganku?" Selvi menatap kedua mata Rendra dengan sendu.
"Gue gak perduli!" Rendra mengambil kunci mobil dalam sakunya, namun sebelum ia masuk kedalam mobil, kunci tersebut di tepis Selvi, dan membuatnya terlempar cukup jauh.
Rahang Rendra mengeras dan kedua matanya menatap tajam, "Maksud lo apa?"
"Rendra sudah cukup gue bersabar sama sikap lo yang semena-mena sama gue," balas Selvi yang kali ini mengubah nada bicaranya.
"Jangan cuma karna gue kecintaan banget sama lo, lo bikin gue gak ada harga dirinya sama sekali. Lo injek-injek harga diri gue, seolah-olah cuma lo aja cowok yang ada di muka bumi ini!" Selvi menunjuk kasar wajah Rendra.
Rendra tersenyum miring, "Oh ya?""Lalu kenapa lo masih obses sama gue?" Rendra menepis jari telunjuk Selvi, dan melangkah maju dengan tatapan tajam.
Raut wajah Selvi yang semula kesal kini terlihat sangat ketakutan, melihat ekspresi Rendra yang begitu dingin, hingga membuatnya mundur kebelakang.
Bugh
"Aww!" badan Selvi terbentur mobil sedan putih yang terparkir di belakangnya. Sementara Rendra masih terus mendekatinya, seolah-olah ingin meluapkan emosinya.
"Ren-Rendra... ka-kamu jangan-,"
Bugh
Mata Selvi tertutup rapat, saat satu tangan Rendra memukul kasar bagian pintu mobil, yang berjarak 2 cm dari area wajahnya.
Dengan sedikit membungkuk, Rendra menatap mata Selvi. "Lo itu cewek murahan yang gak tau malu. Memakai topeng seolah menjadi korban, padahal lo sendiri pelakunya."
"Maksud lo apa? Emang kenyataanya gue yang jadi korban disini. Selama ini gue selalu berusaha dapetin hati lo. Tapi apa balasnya yang gue terima? Cuma bentakan dan hinaan!" balas Selvi merasa tidak terima.
"Lo puas sekarang liat gue kecintaan kayak gini sama lo? Lo puas Rendra!!"
"Bahkan dengan semua perlakuan kasar yang gue terima dari lo. Sedikitpun gue gak pernah mundur dari perasaan sayang gue sama lo,"