Michael Gandawasa
+62xx xxx xxxx
Online
Michael Gandawasa:
We, ke taman belakang sekarang, ya. 11.33
Andre William:
Loe di mana? Ada rapat pensi. 11.38
Michael Gandawasa:
Di taman belakang, sekarang. 11.38
William, kalo nyesel nanti jangan salahin gue ya. Ngapain sih lo rapat di jam istirahat? 11.43
Nggak nyesel kan, ke taman belakang12.10
Andre William:
Merci beaucoup. 12.16
Michael Gandawasa:
Terus apa yang terjadi? 12.16
Yuki dapet tiket ke Philharmonic Orchestra dari Lady Dupont. 12.18
Michael Gandawasa:
Serius? Lady Dupont Sejarah Perancis? 12.19
Di minggu pertama sekolah udah bikin Lady Dupont seneng? Wow. 12.19
Terus? 12.20
Andre William:
Dia ngajak pergi bareng. 12.23
Michael Gandawasa:
12.25
Loe pergi kan? 12.25
KAN?? 12.30
***
Catherine
+62xx xxx xxxx
Terakhir dilihat 14:21
Catherine:
William, kalau pulang nanti aku titip salted breadnya Lapaz, ya08.05
Andre William:
Ok, Cath. Udah ada di tasku. 10.00
Catherine:
Will, Mama udah nelepon km? 10.05
Hari Minggu jadi ke bandara? 10.05
***
Maman
+33 4xx xxx xxx
Terakhir dilihat kemarin, 10:00
Maman:
William, sudah makan? Makan sama Catherine tadi? 20:00
Andre William:
Oui, Ma. Mama jadi ke Chirens? 20:10
Maman:
Jadi, Papa ditahan sama Grandmere. Kita nginep dua malam lagi. 20:11
Sekolahnya baik-baik, nak? 20:15
Andre William:
Lumayan, Ma. Saya lagi ada proyek Biologi, harus ke lab sekolah pagi-pagi. 20:30
Berangkat sama Marcel? 20:32
Andre William:
Iya. Cuma hari Senin Rabu aja. 20:35
Maman:
William, hari Minggu jemput Feroya, ya? Pesawatnya mendarat jam 10 pagi. Bawa mobil, jangan sama supir. 21:00
***
“We, lama banget loe nggak balik-balik.” Michael muncul lagi di taman itu. “Si Jade nyariin loe terus buat persetujuan dana pensi. Ngomongin apa sih, kalian tadi pas rapat? Kenapa dananya bisa bengkak gini?” Michael protes sambil mengetuk-ngetuk kertas proposal dana pentas seni di tangannya. “Baru gue tinggal sebentar si Jade udah mau ngerampok uang kegiatan.” omel Michael panjang lebar.
William mematikan handphone, melepas kacamatanya, dan memijat batang hidungnya perlahan. Saking banyaknya hal yang harus dipikirkannya, William sampai tidak tahu harus memikirkan yang mana duluan.
William menundukkan kepalanya, tidak menanggapi tembakan-tembakan pertanyaan dari sahabatnya.
Michael mengerutkan keningnya melihat hal ini. “Kenapa loe?” tanya Michael.