Sekelompok makhluk bipedal dengan perawakan tinggi besar tampak keluar dari gerbang batu yang membatasi hutan dengan pemukiman. Gerbang batu setinggi tak kurang dari 10 meter itu adalah tanda bahwa mereka telah tiba di tujuan; lokasi yang telah mereka cari selama ratusan hari, memaksa kelompok yang dikenal sebagai Expeditionier itu meninggalkan keluarga mereka di belahan hutan yang lain.
Enam titik pendar hijau tua terlihat bergerak mendekati salah satu pohon dengan nyala dedaunan paling terang. Semakin dekat, langkah tiga orang tampak semakin jelas di bawah nyala pohon gigantik yang sepertinya telah berusia ribuan tahun. Di sekeliling akar yang mencuat dari dalam tanah, terlihat puing-puing batu dan logam keras, peninggalan peradaban sebelumnya. Salah satu dari tiga orang yang kini berdiri tepat di bawah sisi paling terang dari pohon kuno itu memeriksa saku celananya, mengeluarkan lembaran lusuh berwarna gading dengan bekas sobek di beberapa sisi. Dua rekannya menunggu, kemudian saling pandang.
"Et hi'ir; di sini," ujar sosok dengan secarik kartu usang dalam bahasa mereka. Suara lembut yang dalam itu amat bertolak belakang dengan perawakan besar, rahang tegas, dan mata tajam berwarna macam zamrud.
"Ji sver?; Kau yakin?" Sosok yang agak lebih kecil dengan suara serak namun lembut membalas. Ada keraguan dalam pertanyaan yang terlontar macam bisikan itu.
"Ik zinz. Bien hi'ir; saya merasakannya. Benar di sini," orang ketiga yang tampak seperti manusia perempuan dengan suara lirih meyakinkan dua rekannya. Mereka bertiga kemudian saling pandang, kemudian mengangguk bersamaan sebelum pria paling besar dengan kartu usang tadi mulai mengeluarkan bermacam peralatan berbahan kayu. Bentuknya seperti sekop, namun dengan motif janggal yang amat rumit di bagian gagangnya. Dua rekannya ikut mengeluarkan benda serupa. Dua pria mulai menggali saat si wanita dengan suara lirih menangkap pendar magenta dari dalam salah satu sisi dekat tonjolan akar paling besar.
"Hakt!; Berhenti!"