“selamat datang di butik gue” seru lauren ceria sambil merentangkan tangannya.
“wow! butik lo bagus banget” puji disya kagum. Begitu masuk ke butik lauren mata disya langsung menelusuri setiap sudut ruangan bergaya vintage ini. dan disya langsung menyukai butik lauren.
“thank you dis”
“sorry ya ren, waktu itu gue gak sempet bantuin lo pindahan dan beresin butik ini. lo tahu sendiri kan gue tepar hampir satu minggu” kata disya merasa bersalah karena satu bulan yang lalu disya tidak sempat membantu lauren pindahan dan membereskan butiknya, karena disya terbaring di rumah sakit. dan disya baru sempat melihat butik lauren hari ini, karena setelah sembuh dari sakitnya, disya kembali sibuk bekerja di salah satu coffe shop.
“gak malasah dis” sahut lauren
“ke lantai atas yuk! udah puas kan lihat – lihat di lantai bawah” ujar vania yang sudah tidak asing lagi dengan butiklauren.
Membuka butik memang sudah menjadi impian laurensejak lama. Jiwa bisninya menurun dari kedua orang tuanya yang juga punya banyak usaha bisnis di bidang pakaian olahraga dan memiliki dua toko di pusat perbelanjaan yang berbeda. Sejak masuk kuliah, lauren mulai belajar mendesain baju dan membeli kain – kain untuk dijahit, lalu menjualnya secara online menggunakan merek namanya sendiri. Dan setelah hampir dua tahun mengumpulkan uang dari hasil penjualan bajunya sekaligus meminta tambahan dari orang tuanya, lauren berhasil menyewa sebuah toko di sebuah komplek pertokoan di daerah jakarta barat. Butik laurenberlantai tiga, dan cukup luas. Dua lantai dijadikan sebagai toko dan satu lantai tersisa dibagian paling atas, dijadikan ruangan multifungsi yaitu kantor, tempat menyimpan stok barang dan juga sebuah kamar lengkap dengan kasur, televisi, meja dan dapur kecil.
Di lantai dua, tatapan disya langsung tertuju pada sebuah manekin yang berada di dalam kotak kaca yanng diletakkan tepat di tengah – tengah ruangan. Reaksi disya hampir sama dengan lauren begitu melihat manekin yang berada didalam kotak kaca itu. sedikit terkejut, takjub, dan merinding. Manekin yang berdiri menjulang itu nampak seperti sesosok manusia. Matanya bulat berwarna coklat dan tampak bersinar, dengan wajah penuh hiasan make up, setiap lekuk tangan, kaki, dan tubuhnya benar – benar terlihat seperti tubuh manusia asli, begitupun dengan warna kulitnya yang putih pucat, kulitnya samar – samar terlihat berkerut, matanya coklatnya bersina, ditambah lagi dengan rambut si manikin yang tampak menyatu dengan kulit kepalanya. Disya sampai harus mengucek matanya untuk memastikan apakah yang dilihatnya itu kulit asli atau bukan. Ditambah lagi rambutnya yang dicepol berwarna coklat, nampak menyatu dengan kepala si manekin. Semakin menambah kemiripannya dengan manusia asli.
“gila, ini orang apa manekin” komentar disya sambil mengitari kotak kaca berisi manekin.
“manekin lah dis, kalau orang gak mungkin di kurung di kotak kayak gitu” sahut lauren
“sama kayak lo dis, kita berdua begitu nemu ini manekin langsung takjub banget. soalnya mirip banget sama manusia asli” kata vania
“lo dapet manekin kayak gini dari mana ren?” tanya disya
“manekin ini udah ada disini sejak gue sewa tokoknya. Bu indah bilang, kalau manekin ini udah jadi bagian dari toko ini, dan bu indah juga pesen kalau manekin ini gak boleh di keluarin dari kotak kaca ini apalagi sampai di pindahin.” jelas lauren