Terror Mannequin

Devi Sri Mulyani
Chapter #7

BAB 6

Sepanjang hari itu, lauren benar – benar tidak bisa berkonsentrasi. Pikirannya terus melayang pada mimpi semalam. Lauren yakin dirinya tidak berhalusinasi. Lauren yakin dia melihat manikin itu hidup. Buktinya, pinggangnya memar karena semalam menabrak etalase baju. Meskipun lauren sempat bisa tenang, karena tidak mendapati sedikitpun keanehan di lantai dua, berupa etalase yang jatuh atau baju – baju yang berserakan. Namun, melihat luka lebam di pinggangnya, lauren kembali panik dan tidak yakin jika yang semalam itu adalah mimpi belaka. 

Lauren belum menceritakan kejadian ini pada disya dan vania. Lauren takut mereka tidak percaya dan memastikan padanya jika kejadian yang di alami lauren adalah mimpi. Lauren yakin, disya maupun vania akan mengatakan hal itu. Jadi, percuma saja kan kalau lauren menceritakan kejadian semalam kepada kedua sahabat baiknya tersebut. 

Namun, rupanya kegelisahan lauren sepanjang hari itu bisa dilihat oleh disya ataupun vania. Dari pagi hingga menjelang malam, lauren benar – benar terlihat seperti orang was – was dan bingung. Maka, setelah butik tutup dan mereka bertiga sedang membereskan butik. disya dan vania langsung mengintrogasi lauren. 

“ren, ada sesuatu yang lo sembunyiin dari kita ya” ujar vania langsung 

“jangan bilang. Gue gak apa – apa kok atau gak ada yang gue sembunyiin dari kalian, atau bla bla bla” tukas disya saat melihat lauren akan buka mulut untuk menjawab. 

lauren memandang kedua sahabatnya yang menuntut jawaban. Sepertinya memang sudah tidak ada kesempatan bagi lauren untuk mengelak. Lauren pun menceritakan mimpi buruknya semalam, yang terasa nyata, lengkap dengan luka lebam dipinggangnya. Dan lauren yakin jika luka lebam dipinggangnya tersebut muncul, setelah dia bermimpi buruk soal manikin itu. Karena sebelumnya, lauren tidak merasa terjatuh atau memiliki lebam di tubuhnya. 

“gue gak akan bilang gue gak percaya apa yang elo alamin ren” kata vania “walaupun terdengar mustahil. Tapi gue bisa ngerti rasa was – was yang elo alamin” 

“lagian dari awal kan gue bilang, manikin itu yang bikin kacau. Kenapa tuh manikin gak disingkirin aja sih ren. Taro gudang atau kasih aja ke pemilik aslinya langsung” cerocos disya

“dis, bisa gak sih lo jangan ngomong sembarangan” tukas vania kesal 

“gue bicara apa adanya kok. Sama kayak vania, walaupun terdengar mustahil, tapi gue gak akan bilang gue gak percaya sama elo. Mungkin karena lo ngedenger satpam – satpam dibutik lo ngeliat manikin itu hidup, jadi ngaruh ke lo sampe ke bawa mimpi.” Kata disya panjang lebar 

“setuju. kalau soal luka lebam itu, mungkin aja tanpa sadar badan lo terantuk meja atau apa” sahut vania “it’s okey ren, kalau lo ngerasa yakin sebelumnya gak punya luka lebam, dan luka lebam lo muncul setelah lo mimpi buruk itu”

“Dan saran gue sih, lo singkirin aja tuh manikin dari butik ini” kata disya 

“bu indah bilang, manikin itu gak boleh dipindahin dari sana dis” sahut lauren “lagian manikin itu jadi daya tarik sendiri buat pengunjung” 

“semalam kita nginep aja, gak ada tanda – tanda penyusup masuk tuh” kata vania

“itu karena ada kita yang nginep disini. Coba kalau butik sepi, bisa aja penyusup itu masuk lagi ke sini dan kembali ngacak – ngacak isi butik ini” ujar disya lalu naik ke lantai atas. Lauren dan vania kembali berkutat menghitung pemasukan butik hari ini.

Tidak lama kemudian, wajah disya kembali muncul ditengah – tengah tangga. “di atas gak ada makanan ya. Gue laper banget nih” 

“gak ada dis. Kita beli aja, gue juga laper parah” kata lauren 

“selesai ngitung ini ya, bentar lagi selesai kok” vania menunjuk ke struk – struk yang berserakan di meja. 

“iya deh. Gue nitip aja ya, lagi mager nih” disya nyengir 

“iya dis. Lo jaga butik aja” sahut lauren 

Begitu selesai menghitung keuangan butik, lauren dan vania pergi membeli makanan tidak jauh dari butik mereka berada. Sementara disya, menunggu di butik sambil menonton televisi. 

Tanpa disya sadari, di lantai dua, sepasang kaki mulai bergerak perlahan turun. Gaun putih kusam dan panjang, mulai menyapu lantai seiring gerakannya yang terus berjalan. Sepatu berhaknya memukul lantai, menimbulkan suara menggema di ruangan yang hening. 

Suara hak sepatu menggema itu perlahan – lahan sampai ke telinga disya. Disusul suara – suara lainnya, seperti suara pintu berderit terbuka, suara barang – barang bergeser. Disya mulai duduk tegak. Apa lauren dan vania sudah pulang? Pikirnya. Tapi rasanya tidak mungkin. Mereka baru pergi lima belas menit yang lalu. Atau jangan – jangan penyusup itu kembali datang. Disya mulai was – was, dirinya mengecilkan volume televisi lalu bangkit berdiri. Sekilas disya melihat ada sebuah sapu, dan tanpa berpikir lagi dirinya langsung menyambar sapu tersebut. Bila dirinya memang melihat penyusup itu, setidaknya dirinya punya pegangan senjata, walaupun hanya sebuah sapu. 

“lauren! vania!” panggil disya. Walaupun tidak yakin, itu lauren ataupun vania karena mereka berdua baru saja pergi beberapa saat yang lalu. Namun disya tetap saja ingin memanggil nama kedua sahabatnya itu.

Perlahan – lahan disya berjalan turun, lalu menyalakan lampu. Dan semuanya nampak baik – baik saja. Disya mengedarkan pandangannya ke semua penjuru ruangan. Tidak ada yang aneh. Semuanya nampak sama. Namun, tunggu!, Sepertinya ada yang berbeda. Kotak kaca ditengah – tengah ruangan itu. perlahan disya berjalan mendekat ke depan kotak kaca itu. Bukankah didalamnya ada sebuah manikin?. apa si penyusup itu mencuri manikin berwujud manusia itu?. Ya, mungkin saja. Apalagi tadi disya mendengar ada suara – suara dari lantai ini. namun pemikiran itu segera ditepis disya, ketika dirinya menyadari jika kotak kaca itu terkunci rapat

Disya menyentuh pelan permukaan kotak kaca itu. Kotak kaca ini masih terkunci. kalau benar manikin itu dicuri penyusup. Bagaimana si penyusup mengambil manikin dari dalam kotak ini?. penyusup itu harus memecahkan kaca ini jika ingin mengambil manikin itu. Lalu, bagaimana caranya manikin itu bisa keluar dari dalam kotak ini?. Di saat disya sedang tertegun, tiba – tiba saja lampu berubah mati. 

“argghhh….” Disya refleks berteriak dan melempar sapu yang di pegangnya. Disya berubah panik. Dirinya bergerak tidak karuan, untung saja masih ada cahaya yang berasal dari tiang lampu bulat yang berada tepat di depan butik ini. karena kaca jendela depan, dilantai dua ini sepenuhnya terbuat dari kaca, jadi memungkinkan cahaya dari luar menembus ke dalam ruangan. Syukurlah, disya masih bisa melihat keadaan di dalam ruangan ini. disya mencoba tenang, lalu melihat keadaan diluar melalui jendela. Di luar nampak sepi, hampir semua toko sudah tutup. Jadi disya tidak bisa menentukan, apakah memang saat ini sedang mati lampu atau hanya butik lauren saja yang tiba – tiba lampunya mati. 

Tapi, disya kembali dibuat bingung. Lampu jalan yang terletak tidak jauh dari butiknya, nampak menyala. Jika memang aliran listrik di komplek ini mati, otomatis lampu jalan juga akan ikut mati. Tapi kenapa lampu di jalan masih menyala? Berarti hanya di butik lauren saja yang lampunya mendadak mati. 

Disaat kepala disya penuh dengan dugaan – dugaan. Disya kembali mendengar sesuatu. Suara langkah yang diseret, tepat di belakangnya. Tubuh disya seketika mematung. hawa dingin langsung menyergap disya, bersamaan dengan bulu kuduknya yang tiba – tiba meremang. Disya tidak berani menoleh, atau bergeser sedikitpun dari tempatnya, saat suara – suara langkah kaki itu semakin mendekat ke arahnya. Yang dilakukan disya hanya mencengkram pundak manikin didepannya. Disya mulai merasa takut. didalam butik ini memang ada orang lain. 

Suara langkah diseret itu hilang. Selama beberapa detik disya tidak bergerak. Hening. Hingga disya tersentak kaget saat sebuah tangan memegang pundak kanannya. Disya melirik tangan yang mulai mencengkram pundaknya. Sebuah tangan berukuran kecil, dengan kuku – kuku jari yang sedikit membiru, dan warna kulit putih pucat. terasa kaku sekaligus dingin di pundak disya. 

Refleks disya menepis tangan di pundaknya sambil berbalik. Alangkah terkejutnya disya, menemukan sosok yang tidak asing bagi dirinya. Manikin berwujud manusia di dalam kotak kaca. 

Manikin itu hidup!

Lihat selengkapnya