Anita tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Anita benar – benar penasaran sekaligus terpesona dengan manikin serupa manusia di butik lauren. walaupun anita terkadang merasa takut melihat manikin itu, dan selalu merasa diperhatikan jika dirinya ada di lantai dua. namun rasa penasaran anita jauh lebih besar. Anita hanya tidak mengira jika ada sebuah manikin yang begitu miripnya dengan manusia asli. Bahkan dengan urat – urat varises biru dan kulit tubuh yang terasa sangat nyata, rambut coklat yang terlihat tumbuh alami di kulit kepala. Ingin rasanya anita bisa menyentuh si manikin itu, dan membuktikan apakah kulit itu sungguh kulit kulit asli.
Diam – diam, anita membuat duplikat kunci kotak kaca tempat manikin itu berada. Setelah satu minggu berlalu dengan tidak sabar. Anita akhirnya bisa mendapatkan duplikat kunci kotak kaca tempat si manikin itu berada. Pagi – pagi buta, anita sudah berada di butik lauren. karena sekarang butik lauren dijaga oleh satpam ketika malam hari, maka anita terlebih dahulu menunggu kedua satpam itu pulang. Dan setelah aman, barulah anita bisa bebas masuk ke dalam butik. dengan tidak sabar, anita naik ke lantai dua dan berdiri tepat di depan kotak kaca. Dan dengan hati – hati anita mulai memasukkan kunci yang baru saja kemarin di ambilnya.
Ayo, semoga cocok. Harap anita dalam hati, sambil memutar anak kunci. Klik. Terbuka. anita tersenyum, kala anak kunci itu masuk ke dalam lubang kunci kotak kaca ini. anita membuka pintu kaca itu perlahan. Anita mendongak, melihat wajah si manikin yang memang memiliki tinggi 170 centimeter. Menjadikan si manikin nampak seperti raksana, sementara Anita nampak seperti liliput. Kini dirinya bisa memandangi si manikin itu tanpa batasan. Bebas. Bahkan kini anita bisa menyentuhnya.
Anita mengagumi setiap jengkal tubuh si manikin. gaunnya yang berwarna putih gading, nampak kusam. Riasannya yang tegas namun tipis dengan mata coklat, bibirnya yang tipis berwarna nude kecoklatan, membuat wajahnya nampak cantik sekaligus agak menyeramkan. tanpa sadar anita bergidik. Dan rambutnya yang juga berwarna coklat di sanggul rapi.
anita menyentuh gaun si manikin yang nampak halus tapi agak sedikit berdebu. Karena si manikin memiliki tinggi di atas rata – rata gadis kebanyakan. Anita mengambil bangku kecil, dan naik ke atasnya, sehingga tubuhnya kini sejajar dengan si manikin. dan alis anita berkerut kala melihat rambut si manikin benar – benar tumbuh alami. Hebat, pikirnya. Manikin ini memang benar – benar spesial.
Anita nampak kagum sekaligus heran. Bagaimana cara membuat rambut ini terlihat alami di kepala si manikin?. anita menyentuh bagian kulit kepala si manikin yang di tumbuhi rambut. Bukankah ini rambut alami?. Anita memperhatikan lebih detail, dan kembali menyentuh kulit kepala itu pelan. Seketika hawa dingin menerpa anita, dan perasaan tidak enak langsung menyergapnya. Namun anita tidak mempedulikannya, dan memilih kembali menelusuri setiap bagian tubuh si manikin.
Kenapa anita malah seperti memiliki kelainan?. Mungkin jika ada orang biasa melihat posisinya saat ini, orang – orang akan mengira anita penyuka sesama jenis. Apalagi si manikin, sudah pasti akan terlihat seperti manusia biasa pada umumnya. Tapi bodo amat. Toh, tidak ada yang melihat dirinya seperti ini, dan anita juga hanya penasaran dengan manikin ini, yang nampak sangat mirip dengan manusia asli.
Anita beralih menyentuh lengan si manikin. memperhatikan urat – urat di tangan si manikin yang nampak sangat nyata. anita menyentuh dengan seksama tangan si manikin. bukankah ini kulit manusia asli?. Jika ini memang manikin buatan, sudah pasti anita akan mendapati tangan si manikin ini terbuat dari plastik. Bisa saja kan manikin memang terbuat dari plastik namun si pembuat, begitu ahli mendesain setiap jengkal tubuh manikin ini seperti manusia. Kedua tangan anita mengelus lengan si manikin lagi yang terasa dingin dan kaku, untuk meyakinkan jika kulit yang dia sentuh memanglah kulit manusia asli. Bahkan anita mengetuk – ngetuk pelan lengan si manikin dengan jarinya.
Jika manikin ini adalah plastik, anita akan mendapati tangan si manikin yang keras dan berbunyi. Tapi yang dia dapati adalah kulit tangan manikin yang halus dan kaku, seperti diawetkan. anita menahan nafas. Perasaan takut mulai menyergapnya, kala satu pikiran lain terlintas di pikirannya. Apakah ini memang manikin atau kah…?
Anita tersentak kaget, ketika tangan si manikin menangkap pergelangannya, kemudian menggenggamnya. Mata anita hanya terfokus pada tangan si manikin yang kini berada di pergelangan tangannya. Anita ragu – ragu melihat ke arah wajah si manikin. astaga, jadi manikin ini hidup?. Anita pun memberanikan diri melihat wajah si manikin yang kini menyeringai jahat. Tubuh anita langsung lemas, namun belum sampai tubuh anita jatuh ke lantai, si manikin sudah melempar tubuh anita ke tembok dan menabrak etalase baju.
Anita mengerang kesakitan. Si manikin berderap melangkah mendekati anita. Rambutnya seketika di jambak. “arghhh…. Tolong” teriaknya.
Tanpa ampun, si manikin membenturkan kepala anita ke tembok beberapa kali. Hingga darah mengucur deras dari kepalanya. Setelah anita tidak sadarkan diri, si manikin lalu menyeret tubuh anita, kemudian kembali melemparkan anita ke arah manikin – manikin biasa yang berderet di depan jendela. Beberapa manikin terjatuh karena terkena tubuh anita, yang di lemparkan si manikin.
Melihat pemandangan di hadapannya, si manikin hanya tersenyum menyeringai puas.
***
Selesai kelas pagi, lauren dan vania berjalan sambil tertawa – tawa menuju kantin di kampusnya. Perut lauren sudah keroncongan sejak di dalam kelas tadi. Namun baru saja lauren menghempaskan pantanya di kursi, handphonenya berbunyi. Panggilan dari lisa.
“kenapa sa?” tanya lauren langsung sambil matanya fokus melihat – lihat menu
“anita kak, anita” lisa terisak di seberang telepon. Lauren yang mendengar isakan lisa, mendadak fokus mendengarkan.
“aku sama neni nemuin anita celaka di dalam butik kak lauren”
“apa?!” seru lauren kaget. Vania yang duduk di seberangnya juga ikut kaget mendengar seruan lauren.
“oke. Aku segera ke sana” lauren menutup telepon dan beralih pada vania memandang lauren penasaran “anita celaka di dalam butik gue”
Tanpa menunggu reaksi vania, lauren segera beranjak keluar dari kantin menuju parkiran mobil, diikuti vania. lauren mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Lima belas menit kemudian, lauren dan vania pun sudah sampai di butik.
Di pintu masuk lisa dan neni sudah menunggu lauren sambil menangis. Lauren segera berlari menuju lantai dua, dan reflek menutup mulutnya ketika melihat tubuh anita terkapar bersama beberapa manikin di sekitarnya. Darah mengucur deras dari kepalanya.
“ya tuhan!” seru vania yang menyusul kemudian.
“kita harus cepat panggil ambulan” kata vania lagi lalu mulai menelepon rumah sakit yang sama dengan tempat disya di rawat.
Lauren mendadak lemas, tubuhnya terduduk di lantai. Melihat genangan darah membuat kepala lauren terasa pusing dan mual.
“ren, are you ok?” vania berjongkok di depan lauren, lalu membantunya berdiri. vania memapah lauren turun dengan hati – hati. Lisa dan neni yang sejak tadi hanya menangis didekat pintu masuk, menghampiri lauren dan vania
“kak lauren kenapa?” tanya neni cemas
“dia Cuma shock aja ni” jawab vania
“ini minum kak” lisa menyodorkan satu botol air mineral, yang langsung diminum lauren hingga setengahnya.