Lauren mengamati anak kunci di tangannya. Ini adalah anak kunci yang lauren temukan tergantung dikotak kaca berisi manikin. lauren hanya penasaran, bagaimana bisa kunci itu tiba – tiba bisa tergantung disana? Sementara kunci itu disimpan oleh pak freddy, pemilik asli butik yang kini disewa lauren.
Lauren teringat kata – kata vania yang mengatakan jika bisa saja si pemilik butik diam – diam datang ke butiknya. Apa mungkin pak freddy datang ke butik tanpa sepengetahuan lauren?. walaupun kunci butik sudah diserahkan kepada lauren, tapi pak freddy tetap pemilik asli butik itu dan bisa saja dia punya beberapa kunci cadangan yang disimpannya. Itu masuk akal. Namun yang jadi pertanyaan adalah, untuk apa pak freddy datang ke butik nya diam – diam.
Kalau memang pak freddy ingin mengecek manikin serupa manusia kepunyaannya itu, dia tidak perlu datang diam – diam. Pak freddy bisa datang kapan saja, dan dengan terbuka lauren akan mempersilahkannya. Atau pak freddy ternyata mendengar ada sesuatu yang terjadi di butik lauren dan khawatir jika manikin kesayangannya itu di curi dan hilang, lalu diam – diam datang ke butik. tapi tetap saja, lauren merasa aneh jika pak freddy datang diam – diam ke butiknya.
Atau jangan – jangan, pak freddy si penyusup itu??. tidak. Itu jelas lebih tidak mungkin. Jangan berpikir yang aneh – aneh lauren. ayolah. Untuk apa pak freddy membuat kekacauan di butik lo apalagi sampai mencelakan disya dan anita. Itu jelas tidak masuk akal. Sial ini benar – benar membingungkan bagi lauren.
“argh….” Lauren tanpa sadar memukul meja kantin. Hampir seisi kantin memperhatikan lauren yang tiba – tiba saja memukul meja frustasi. Sadar di perhatikan, lauren hanya tersenyum kecut pada orang – orang di sekitarnya, lalu berusaha tidak peduli.
Syukurlah, ketiga orang terdekatnya datang. vania, xavier, dan stefan. Tadi mereka berempat satu kelas. Namun saat berjalan menuju kantin, xavier dan stefan dipanggil teman – teman nongkrongnya dikampus. Terpaksalah kedua cowok itu menghampiri teman – temannya terlebih dahulu dan berjanji akan menyusul ke kantin. Setelah dikantin, tiba – tiba vania lupa mengerjakan tugas dan harus dikumpulkan siang ini juga. vania pun mendadak mengerjakan tugas di kantin dengan lauren yang lahap makan didepannya, dan suara perutnya yang sesekali berbunyi. Dengan secepat kilat vania berlari menuju ruangan dosen. Dan tahu – tahu sudah kembali dengan kedua mahluk berjenis kelamin laki – laki ini.
“hai sayang, maaf aku lama” xavier duduk disebelah lauren
“hai” balas lauren lemas
“lo kenapa ren. Belum makan?” tanya stefan
“udah nih”
“terus kenapa lemes begitu ren. Apa karena makannya gak disuapin xavier” goda stefan
Lauren melempar tisu bekas ke arah stefan “berisik”
“kamu kenapa? Sakit?” tanya xavier khawatir
Lauren tidak menjawab pertanyaan xavier, tapi malah melempar anak kunci yang ditemukannya kemarin ke atas meja. Vania yang sudah mengetahui anak kunci apa itu hanya melihat dengan ekpresi datar, berbeda dengan xavier dan stefan yang berpandangan heran.
“itu kunci kotak kaca manikin di butik gue” ujar lauren langsung
“kamu dapat kuncinya dari mana?” tanya xavier
“udah tergantung di pintu kotak kaca itu” jawab lauren
“kapan kamu temuin kunci itu?” tanya xavier lagi
“kemarin. Selesai beres – beres butik”
“aneh” komentar stefan “apa mungkin kunci ini punya si penyusup yang mencoba membobol kotak kaca itu dan mengambil manikin serupa manusia itu”
“tapi kunci asli kotak kaca itu ada di pemilik asli nya stef, jadi gak mungkinlah kalau si penyusup itu punya kuncinya” cetus vania
“lho?! bisa aja kan si penyusup itu menduplikat kunci kotak kaca itu” balas stefan
Lauren refleks menoleh ke arah stefan. Duplikat. Kenapa tidak terpikir oleh lauren. dulu, sejak lauren menempati butiknya, lauren begitu penasaran dengan manikin serupa manusia itu dan berharap bisa menyentuhnya. Namun sayangnya kotak kaca itu dikunci. Dan walaupun lauren sudah meminta ijin pada pak freddy melalui bu indah, untuk mengeluarkan manikin itu dari dalam kotak dan memajangnya dengan memakaikan pakaian – pakaian di butik lauren. pak freddy tetap tidak memberi ijin, bahkan menegaskan bahwa dia tidak akan pernah membiarkan orang lain mengeluarkan atau bahkan menyentuh manikin miliknya tersebut.
“si penyusup itu datang pagi – pagi ke butik lauren dan berniat mengambil atau malah menghancurkan manikin serupa manusia itu, lalu tahu – tahu anita keburu datang…” stefan menggantung kata – katanya “lalu karena ketahuan, si penyusup itu mencelakai anita”
Masuk akal. Rasa penasaran lauren sudah terjawab. Walaupun belum tentu pasti seperti itu kenyataannya. Tapi hanya itulah yang bisa diterima logikanya. Jadi tetap, masalah utamanya adalah ada pada si penyusup yang memang ingin menghancurkan bisnisnya. Saat ini, langkah yang harus lauren ambil adalah melaporkan kejadian ini pada polisi, meskipun terlambat. Tentu lauren harus menunggu disya dan anita sadar terlebih dahulu, karena mereka berdua yang tahu persis apa yang terjadi.
“kalau benar kenyataannya seperti itu. berarti memang si penyusup ini berbahaya, dan gak ada pilihan lain lo harus lapor polisi ren” ujar vania “Cuma berselang dua hari ren, si penyusup itu udah berhasil mencelakai dua orang”
Lauren baru saja akan berbicara, ketika handphone di hadapannya berbunyi. Nama ibu disya tertera di layar. “hallo tante”
“lauren! disya sudah sadar” ujar ibu disya senang
“oh ya? syukurlah. Lauren segera kesana sekarang” lauren menutup sambungan teleponnya “guys, disya udah sadar. Ayo kita ke rumah sakit”
Tanpa menunggu lama, mereka berempat segera bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, lauren dan vania disambut senyum lemah disya. keduanya langsung memeluk disya sayang.
“disya, gue seneng banget lo udah sadar” ujar lauren.
“gimana keadaan lo?” tanya disya
“masih pusing” jawab disya lemah
Lauren sebenarnya ingin langsung bertanya bagaimana disya bisa sampai celaka. Tapi, melihat kondisi disya yang baru sadar, lauren mencoba untuk bersabar. Mungkin lauren bisa menanyakannya besok, setelah disya benar – benar agak membaik.
“hai dis” sapa xavier “syukurlah lo udah sadar. Gue ikut seneng”
“yup, gue juga” tambah stefan “rasanya sepi kalau gak ada lo dis. Gak ada yang berisik. Lo kan nyablak banget kalau ngomong”
“siala lo stef” balas disya.
Lauren, vania, dan xavier tertawa mendengar disya sudah bisa diajak bercanda.
“ren” panggil disya
“kenapa dis?”
“gue mau ngomong sesuatu sama lo. Penting!” disya mendadak serius. Semua orang yang berada disana mendadak menatap disya dengan ekpresi serius. Sepertinya pikiran mereka semua di isi dengan satu hal yang sama. Yakni, disya akan bercerita mengenai kejadian yang dia alami di butik lauren, sehingga membuat disya celaka dan masuk rumah sakit.
“butik lo gak di masuki penyusup ren” ujar disya menatap lauren serius
“gak ada penyusup?” ulang lauren meyakinkan
“gak pernah ada penyusup yang masuk ke butik elo” disya menegaskan “hanya ada satu hal yang menjadi penyebab semua kekacauan di butik elo ren”
“apa itu?” tubuh lauren menegang
“semua itu gara – gara manikin mirip manusia itu ren” disya berubah tegang “manikin itu hidup!”