Lauren memencet bel sebuah rumah dengan tidak sabar. sudah sejak tadi lauren berdiri di depan gerbang rumah namun tidak ada satupun orang yang keluar untuk membukakan pintu.
“orangnya gak ada dirumah kali ren” ujar vania
Lauren tidak mengindahkan perkataan vania dan kembali memencet bel. Kali ini lauren suara bel yang di tekan lauren berefek. Karena tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki mendekat dan gembok gerbang pun mulai terbuka.
“permisi mbak” sapa lauren ramah “saya lauren dan ini vania. kami mau bertemu bu indah”
“oh iya, silahkan masuk mbak. Kebetulan ibu ada di rumah” ibu – ibu separuh baya yang lauren yakini adalah pembantu rumah tangga di sini, mempersilahkan lauen dan vania masuk.
“mbak lauren dan mbak vania silahkan duduk disini. Saya panggil bu indah dulu ke dalam”
“lauren” sapa bu indah
“hallo bu indah, apa kabar?” sapa lauren ramah sambil menjabat tangan bu indah
“baik. Silahkan duduk”
“begini bu indah. Saya kesini ingin tahu alamat pemilik butik yang saya sewa. Pak freddy” ujar lauren langsung
“ada apa kamu sampai ingin tahu alamat pak freddy?” tanya bu indah
Lauren berpandangan sejenak dengan vania. apakah harus lauren menceritakan semuanya pada bu indah. Mengenai manikin yang hidup itu dan sudah menyebabkan ketiga orang terdekatnya celaka. Pertama disya, kedua anita, dan kemarin malam neni yang tertabrak mobil tepat di depan butiknya.
Mungkin seharusnya dari dulu lauren menanyakan alamat pak freddy dan meminta penjelasan padanya mengenai manikin hidup itu. Bukannya menunggu hingga ada korban ketiga seperti ini. semalam lisa menelepon lauren sambil menangis. Lauren tahu pasti terjadi sesuatu. Dan benar saja, neni celaka. Walaupun bukan secara langsung manikin itu yang mencelakai neni, tapi tetap saja neni terkena imbasnya dari manikin hidup itu. syukurlah, orang yang menabrak neni bertanggung jawab. Dan neni juga tidak terluka parah, hanya lecet – lecet di kaki dan kepalanya terbentur.
“kita mau minta ijin ke pak freddy untuk menggunakan manikin di dalam kotak kaca tersebut untuk memakaikan pakaian yang ada dibutik saya” ujar lauren
“tapi saya tidak yakin pak freddy akan mengijinkan lauren” sahut bu indah
“saya tahu. Memang manikin itu tidak boleh dikeluarkan dari tempatnya kan. tapi setidaknya saya sudah mencoba meminta ijin langsung pada pemiliknya bu. Soal dijinkan atau tidak itu masalah nanti” lauren masih mencoba berusaha membujuk bu indah. Ayolah, please kasih gue alamat pak freddy, harap lauren dalam hati.
Bu indah terdiam sejenak. Ragu apakah harus memberikan alamat pak freddy kepada lauren atau tidak. “mmm baiklah, saya akan berikan alamat pak freddy”
Lauren lega. Ternyata membujuk bu indah tidak terlalu sulit. Setelah menerima alamat pak freddy, lauren dan vania pamit pulang. Tanpa menunggu hari esok, lauren dan vania langsung meluncur menuju rumah pak freddy. Rumah berlantai dua tersebut nampak sepi. Di depan gerbang rumah, lauren dan vania disambut satpam yang cukup ramah dan mempersilahkan kedua gadis tersebut masuk.
Walaupun rumah pak freddy nampak seperti rumah normal lainnya, namun suasana rumah tersebut terasa berbeda bagi lauren. sepi, gelap, dan dingin. Rumah ini seperti rumah yang jarang dihuni, dan tidak ada tanda – tanda kehidupan di dalamnya. meskipun begitu, namun isi rumah ini sangat rapi dan bersih.
“sebentar ya mbak saya panggilkan pak freddy dulu” ujar pak yuda, satpam yang menyambut lauren dan vania di gerbang.
“iya pak silahkan”
“eh mas tunggu” cetus vania menghentikan langkah pak yuda.
“kenapa mbak?”
“rumah ini kok keliatan sepi banget. Penghuni nya pada kemana?” tanya vania iseng
“pak freddy memang tinggal sendirian disini mbak. Biasanya ada asisten rumah tangga yang bekerja siang hari. Tapi saat ini asisten rumah tangga pak freddy sudah pulang karena anaknya sakit mbak” jelas pak yuda.