Keluar dari kamar mandi, Samuel melihat Nada yang asyik melihat foto-foto yang terpampang di kamarnya.
"Lo ngapain?" tanya Samuel sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Eh lo udah selesai," ucap Nada sedikit terkejut. Samuel muncul dengan tiba-tiba.
"Hmm.. sabar ya Nad," Samuel masih memperbaiki penampilannya. Dia hanya memakai kaos hitam polos, celana pendek jeans dan jaket denim. Samuel berkaca merapikan rambutnya dengan pomade.
"Iya. Btw lo dekat banget sama adik lo ya?" ucap Nada basa-basi.
"Ya gitu deh," jawab Samuel singkat.
"Beruntung banget lo," Nada masih memandangi foto-foto Samuel.
"Nanti ke rumah lo gue bantuin juga ya?" Samuel mengangkat koper yang akan dia pinjamkan untuk Nada.
"Nggak usah juga nggak apa kok Sam," ujar Nada.
"Yeilah! lo tadi udah bantuin gue. Nggak usah nolak dah," kata Samuel.
"Yaya terserah," Nada pasrah.
"Gue dah siap. Ayo ke rumah lo?" Samuel mengulurkan tangannya dihadapan Nada.
"Yok," Nada menggenggam tangan Samuel lalu keluar dari kamar Samuel.
Di rumah Nada tampak sepi, sepertinya mamanya sedang keluar. Dalam hati Nada kesal, sebenarnya dia ingin sekali mengenalkan Samuel kepada mamanya agar mamanya tidak terus-terusan menyuruh dirinya kembali bersama dengan Aldo.
"Mama lo nggak dirumah?" tanya Samuel, matanya mengamati seisi rumah Nada.
"Enggak deh kayaknya. Padahal gue pengen ngenalin lo," mimik muka Nada menjadi sendu.
"Udah lah nggak apa. Kan gue bisa main lagi ke rumah lo," ujar Samuel berusaha menenangkan Nada agar tidak bersedih.
"Thankyou.." Nada tersenyum. "Yaudah ayo naik ke atas," sambung Nada.
****************************************
Tibalah saatnya, pagi-pagi sekali Nada dan Samuel berangkat bersama menuju Mosen Studio karena bus untuk ke Yogyakarta sekarang sedang berdiam disana. Otomatis mobil Samuel di titipkan di studio.
"Nada!Sam!" panggil Kak Irfan saat mengatur tempat duduk didalam bus.
"Iya kak ada apa?" sahut Samuel. Nada juga demikian.