Sudah tiga bulan lamanya, Samuel dan Nada menjalin hubungan. Di sekolah mereka benar-benar pasangan yang diidamkan, semuanya merasa iri terutama para guru-guru. Guru mengetahui tentang hubungan mereka saking terkenalnya, tetapi disisi lain ada hal yang benar-benar menyedihkan bagi Samuel.
Samuel benar-benar ingin bertemu orang tua Nada, tetapi Nada selalu melarangnya. Dia takut mamanya akan marah besar, jadi mau tidak mau Samuel menurutinya. Mama Nada lebih menyukai Aldo, Samuel harus bagaimana?bagaimana cara memperjuangkan hubungannya?pikiran Samuel setiap hari dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum tentu ada jawabannya nanti.
Ketika istirahat, Samuel diminta Mas Imam untuk menemuinya di lab. Samuel segera pergi karena penasaran apa yang akan dibahas, sampai disana wajah Mas Imam benar-benar serius.
"Ada apa Mas Imam?" tanya Samuel agak sedikit takut.
"Gini Sam, Mas Imam dikasih tahu sama ketua jurusan kamu. Katanya passion kamu didunia broadcast benar-benar bagus, jadi ada salah satu channel tv di London tertarik sama bakat kamu. Jadi kamu bentar lagi dikirim sekolah kesana, pihak mereka sih katanya langsung mau jadiin kamu pegawai. Tetapi sekolah minta kamu nanti dibimbing disana lebih matang, lalu baru bisa jadi pegawai disana," ujar Mas Imam dengan jelas.
"Hah?London?" Samuel melongo tidak percaya. Padahal dia merasa kalau yang dilakukannya selama ini masih asal-asalan dan kurang maksimal. Ini benar - benar cukup mengejutkan.
"Iya, mereka tertarik sama kemampuan kamu yang hebat. Kamu nggak mungkin dong nolak kesempatan ini?" ujar Mas Imam dengan lirikan matanya yang mengintimidasi Samuel.
"Pasti saya terima sih mas. Tapi saya takut kan saya masih belum maksimal," wajah Samuel mulai berkeringat. Pikirannya sudah menuju kemana-mana, sebenarnya dia senang mendapat kesempatan besar ini. Tetapi otaknya dipenuhi dengan Nada, dia tidak bisa meninggalkan Nada begitu saja. Dia tidak bisa memperjuangkan hubungannya. Mas Imam menatap Samuel begitu lekat, dia terbilang masih muda sehingga tahu perasaan bimbang anak remaja.
"Sam.. Sam.. Kamu pasti takut ninggalin Nada ya?" ujar Mas Imam, menebak isi pikiran Samuel.
"Mas Imam ih!" gerutu Samuel kesal. Dia tidak suka diserang begitu frontal.
"Kan sekarang udah jaman medsos Sam sam!kangen tinggal vidcall. Kamu tuh masih muda, bikin bangga orang tua dulu!" Mas Imam mengacak-acak rambut Samuel.
"Oke mas saya terimaaaa," jawab Samuel pasrah.
"Keputusan yang bagus!" Mas Imam senang mendengar keputusan terbaik yang Samuel ambil. Di tahun ini, Samuel adalah murid yang selalu diandalkan. Kemampuannya membuat semua orang terkagum.
Samuel tidak sabar, memberitahukan hal ini kepada orang tuanya. Tetapi dia bingung bagaimana menjelaskan ini kepada Nada?apakah Nada akan mendukungnya, atau malah sebaliknya?
Samuel akan mengumpulkan nyali untuk bertemu dengan Nada besok, Nada berjanji akan mampir kerumah Samuel. Bagi Samuel itu adalah waktu yang tepat dan tenang.
Sepulang sekolah Samuel memberi pengertian kepada Nada kalau tidak bisa bertemu, Nada menurutinya. Syukurlah, Samuel bisa mengurus paspor untuk terbang ke London dengan tenang. Ditemani oleh mamanya pastinya.
"Mama, aku jadi karyawan salah satu stasiun tv di London. Temenin ngurus paspor dong?" pinta Samuel.
"Seriusan?Alhamdulillah. Yaudah ayo berangkat," ujar mamanya begitu semangat. Awalnya sedang memotong bawang, tetapi mendengar perkataan Samuel mamanya langsung semangat. Samuel benar-benar membanggakan.