Samuel menunggu kehadiran Nada, sambil menyiapkan barang-barangnya yang akan dia bawa ke London nanti malam. Tiba-tiba saja hujan turun begitu deras, membuat Samuel kepikiran akan Nada. Apakah sedang diperjalanan?lama sekali. Tetapi Samuel berusaha berfikiran positif, mungkin saja Nada sedang terjebak macet karena Nada mengendarai mobil.
"Kak berangkat ke London kapan?" tanya Stefy melihat Samuel yang sedang duduk di sofa. Tampak begitu gelisah.
"Nanti agak maleman," ujar Samuel sesekali melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya.
"Kakak ngapain gelisah banget?" kata Stefy. "Nunggu kak Nada?" sambung Stefy berusaha menebak.
"Iya.." ujar Samuel lirih. Menganggukkan kepalanya.
"Pasti berat banget LDR-an," kata Stefy.
Mendengar Stefy bicara seperti itu, membuat hatinya tersentuh. Sebenarnya bukan hanya Nada saja yang berat dia tinggalkan, pastinya Stefy dan orang tuanya juga demikian. Tanpa berkata apapun, Samuel memeluk Stefy begitu eratnya. Seolah-olah tidak rela melepasnya begitu saja.
"Kenapa kak?" tanya Stefy begitu polosnya.
"Hal terberat bagi gue, bukan cuma LDR-an sama Nada. Tapi bisa sama mama papa, sama lo juga. Berat banget rasanya," bisik Samuel menahan air matanya.
"Nggak apa kak, ini kan mimpi lo. Harus dikejar," ujar Stefy menenangkan Samuel. Agar nanti ketika Samuel berangkat, dengan perasaan yang benar-benar damai.
"Makasih. Udah selalu support gue," ucap Samuel lalu melepaskan pelukannya.
"Sama-sama kak," Stefy mengangguk sembari tersenyum.
Sepuluh menit Samuel sudah menunggu, bel rumahnya berbunyi begitu mengagetkannya. Dia segera beranjak dari sofa lalu membukakan pintu, itu adalah Nada. Nada tampak menggigil kedinginan, karena hujan yang begitu deras ini. Samuel merangkul Nada, menyuruhnya untuk masuk.
"Gue ambil handuk dulu ya," ujar Samuel setelah duduk disamping Nada.
"Thankyou Sam," ucap Nada. Melihat ke arah Samuel, Samuel benar-benar memperlakukan dirinya begitu manis. Dia jadi penasaran, apa yang akan dibicarakan oleh Samuel nanti. Nada pun menunggu sambil memainkan handphonenya.
Samuel kembali membawa handuk dan selimut, setelah Nada mengeringkan dirinya dengan sigap Samuel menyelimuti badan Nada agar hangat. Stefy juga membuatkan Nada segelas coklat panas.
"Udah nggak kedinginan?" tanya Samuel.
"Enggak," Nada menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis. "Oh ya Sam, lo mau cerita apa?" sambungnya. Karena dia masih teringat, tadi ketika sekolah Samuel tidak mengenakan seragam sekolah. Perasaannya benar-benar tidak enak.
"Janji jangan marah sama gue," Samuel mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Nada.
"Iya janji. Apaan?" Nada menjabat kelingking Samuel.
"Gue disuruh sekolah pergi ke London. Ada stasiun tv yang tertarik sama passion gue," ujar Samuel lirih. Dia sedikit takut dengan reaksi Nada nantinya. Jujur saja, sebenarnya Nada syok dengan berita ini. Tetapi ini adalah berita baik, karena belum ada sejarah di SMK memiliki murid yang dilirik oleh orang luar negeri. Samuel benar-benar membanggakan.
"Beneran?keren dong. Congrats ya Sam!" Nada memeluk Samuel begitu erat. Selain merasa bangga Nada juga tidak rela melepaskan Samuel.