Bu Ratna tergeragap ketika mendengar suara orang menjerit-jerit. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah dua. Di sampingnya, Pak Danar duduk dengan wajah kebingungan.
“Paling musiknya Tobias, Pak.”
“Kayaknya bukan deh, Bu. Itu coba dengar lagi,”
Dari kejauhan terdengar teriakan-teriakan mengaduh-aduh. Bu Ratna dan Pak Danar bergegas turun dari tempat tidur, dengan setengah berlari mereka keluar rumah memastikan apa yang terjadi. Sampai di ruang tamu, keduanya berpapasan dengan Rani yang sedang mengintip keluar dari balik gorden.
“Kenapa Ran?”
“Nggak tahu, Bu. Kayaknya Puspa kambuh.”
“Puspa?”
“Iya, itu Pak Lion dan Bu Anna di luar mengerumuni Puspa dan terlihat panik.”
Mendengar penjelasan Rani, Bu Ratna melesat keluar diikuti Pak Danar dan Rani. “Ran… kunci, Ran, ambilkan kunci pagar.”
“Iya, Bu.” Rani kembali ke rumah mengambil kunci yang masih menggantung di pintu masuk dan secepat kilat membuka pagar. Di jalan, mereka melihat Puspa berjongkok, sambil menutupi telinganya. Pak Lion dan Bu Anna menepuk-nepuk punggung Puspa, sebagai upaya menenangkan Puspa tetapi gagal.
Dari teras rumah, Pak Yoga mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan mata mengantuk dan rambut acak-acakan.
“Ran… WA Bu Wening sama Bu Indah, Ran. Ibu mau membantu Bu Anna dulu.
Rani berlari pulang, mengambil ponsel dan mengetikkan pesan untuk Bu Wening dan Bu Indah. Dia duduk di teras sambil menunggu kedua ibu itu membalas pesannya. Rani mendengar Puspa berteriak-teriak,