Malam harinya, kejutan! Dargon Nightclub lebih ramai dari hari biasanya. Empat mobil diparkir berjajar di tepi jalan, sampai menutupi pagar rumah Pak Yoga. Halaman Dargon Nightclub itu sendiri dipenuhi motor-motor.
Para preman tampak lebih banyak dari biasanya, tidak hanya Yanto dan ketiga temannya saja yang berjaga di sana, tapi juga ada segerombolan pemuda lain yang memakai kaus hitam dan jelana jins belel. Mereka tampak mondar-mandir dalam dalam ke luar dan dari luar ke dalam. Tatapan mata mereka menuju satu arah, ke arah rumah warga Ambrosia.
Bu Ratna mengintip dari dalam rumahnya. Mobil Tobias ada di luar, sedangkan di garasi terparkir dua mobil. Rupanya Tobias kedatangan tamu. Bu Ratna menduga teman-teman Tobias sedang membantu pemuda itu menyiapkan pesta. Dari rumah Bu Ratna terdengar besi beradu dan palu diketuk-ketuk seperti sedang mereparasi sesuatu.
Pukul setengah delapan, terdengar suara laki-laki melakukan tes mikrofon. Sejurus kemudian terdengar suara drum. Dari dalam rumah, Bu Ratna dan Rani hanya bisa saling berpandangan. Tidak terlintas ide apa pun tentang apa yang sedang dilakukan Tobias.
Bu Ratna dan Rani tidak perlu bertanya-tanya terlalu lama. Tepat pukul delapan malam, terdengar suara Tobias melalui mikrofon. Tobias menyapa para tamunya, “Selamat datang di festival music underground Melatria 2023!” pekiknya disambut gemuruh tepuk tangan para penonton. “Malam ini kita akan menyaksikan atraksi panggung para pemusik dari berbagai kota dan mancanegara. Semoga aksi panggung mereka akan menumbuhkan semangat di hati kita! Selamat bermusik!” seru Tobias lagi.
Kemudian terdengar suara MC—entah siapa—mengumumkan bahwa festival musik ini akan dibuka dengan penampilan grup musik kamar. Dari dalam rumah masing-masing, warga Ambrosia menarik napas lega dengan asumsi musik kamar adalah musik yang disetel di kamar dan itu artinya musik-musik lembut.
“Musik kamar? Chamber Music?” tanya Rani kepada ibunya. “Lumayan, Bu. Mungkin itu musik klasik.”
“Memangnya Tobias kenal musik klasik?” tanya Bu Ratna curiga.
Bu Ratna dan Rani tidak perlu bertanya-tanya terlalu lama sebab dari rumah Tobias terdengar suara orang berkaroke menyanyikan lagu pop bertema patah hati. Dari suaranya yang berbeda-beda, terdengar ada tiga orang laki-laki berganti-gantian menyanyikan lagu galau dengan suara parau yang menyedihkan.
Rani mengernyitkan kening. Didorong rasa penasaran, dia membuka media sosial dan menemukan postingan Dargon Nightclub. Dari penelusurannya, ada salah satu pengunjung yang meng-upload performance musik kamar itu. Rani tercekat. Dia menunjukkan foto tiga orang penyanyi pria yang menyanyi sambil rebahan, persis seperti di kamar. Musik kamar, musik yang dinyanyikan seperti di dalam kamar, batin Rani terheran-heran.
Ketika mencapai nada tinggi, si penyanyi berusaha melengking-lengkingkan suaranya tapi tidak berhasil, sehingga suaranya menjadi tidak terkendali dan terombang-ombang antara do rendah dan do tinggi. Rani, Bu Ratna dan Pak Danar saling berpandangan dengan tatapan saling keheranan.
Grup band—yang belakangan disebut namanya oleh MC sebagai Sweet Rooms—terus menyanyikan lagu-lagu, dan dari tiga lagu yang mereka bawakan semuanya berakhir dengan nada-nada tinggi yang terlalu dipaksakan.